Langit hitam pekat adalah sisa air dalam semusim
Mengumpul  saat mendetak  tertumpah dalam tiris
Aku yang rebah semilir menggunting lipatan  iris
Pertiwi diambang miris bertutur tingkah setiap najis
Saat sepi  tak pernah diam hanya mati selalu membisu
Diruas hari semakin kusut  entah lagi kian melisut
Cacing cacing serakah selalu semarak di tanah tandus
Memakan dan memangsa, homo homini lupus
Nurani terpampang merupa slogan
Tiada menahan setiap godaan
Tak lebih sebuah negeri, ironi sebuah prahara
Dengan tuding menuding menudung prasangka
Kita yang mengais  makan  tersisa abu dan sampah
Mereka akan berserakan ditumpukan daun pusara
Yang telah mati atas nama sumpah serapah
Sebab karma  adalah nafas dalam hidup yang jelaga
Kepada kita yang jelata bernafaslah dengan lega
Walau seribu serat karat menangis dalam nestapa
Kita adalah angin, akan berhembus  hingga  rebah
Melipatlah  tangan kompangkan  doa di atas mazbah
@rskp, 13052016,,,,,,,, Â Â Â Â jakarta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H