Ilustrasi : Gambar Dokpri
Siang itu udara sangat panas. Dalam semilir pun angin tak berbisik, hanya diam, Sekali saja menyiah dan menyibak, itu sudah cukup untuk menjuntai seutas rambut yang serasa gatal oleh lelehan peluh di kepala. Biar kegerahan tak menjadi geram, karena sedikit- sedikit jemari dan kuku menggaruk – garuk. Seperti ada selaksa kutu yang bercokol di kepala.. Panas semakin berkerontang membuat kerongkongan kian mendahaga.
Tanpa awan gelap. Yang ada hanya putih gemerlap. Pandangan serasa berkedip – kedip. Menyilaukan tatapan kedepan hingga mata semakin menyipit. Tergambar guratan – guratan diwajah dan dahi kian melisut. Apakah usia ini tak lagi tersisa? Ataukah bumi yang kian menua sudah waktunya mengakhiri kisah? Ah, tidak. Ini hanya sebuah ungkapan dari air laut. Tentang sesuatu cahaya untuk menerangi setiap sudut bumi; setiap sudut hati hati dan jiwa manusia.
Tanah dan bukit nampak kering. Tak ada setitik hijau untuk secukup teduh dan rindang. Ya, secukup rindang membuat kita serasa lega. Bisa mengaso tubuh kita. Dan juga pikiran serasa terbuai dalam kedamaian dan kenyamanan.
Dengan caping lebar menutupi kepalanya dari terik mentari, Johny segera bergegas. Suara raungan mesin motor temple 40pk membelah lautan. Seekor Bangau yang sedang mencakar paruh pada sebatang kayu yang sedang hanyut, terbang mengepak sayapnya yang ramping, terbirit – birit, kaget dengan raungan suara motor tempel Johny.
Handphone Johny yang sudah butut, dan mungkin bisa dipakai untuk melontarkan segerombol buah mangga yang menggelayut pada tangkainya oleh karena ketebalannya, telah dua kali berdering. Rupanya ada penumpang lain yang sedang menunggu.
Johny adalah seorang Petaksi. Seperti halnya mobil ada sopirnya, di perahu angkutan laut ada petaksi-nya. Pekerjaa ini telah digelutinya hampir setahun. Setelah tamat dari sebuah Institut, Johny belum berniat untuk mencari pekerjaan yang sesuai dengan disiplin ilmu yang dia dapat yaitu, teknik sipil. Johny ingin membantu dulu pekerjaan ayahnya yang juga seorang petaksi.
*******
Seorang laki- laki berbadan besar, ramburtnya telah beruban dan memakai kaca mata hitam berpakaian rapi usianya sekitar tujuhpuluhan tahun. Namun kelihatan masih kekar; ditemani seorang gadis muda cantik dan rupawan, dipadu dengan celana blue jeansketat dan kaos oblong putih berkaca mata hitam, sedang menunggu di ujung dermaga. Johny menghampiri sebab dia belum pernah kenal orang yang akan memakai perahunya.Johny hanya mendapat informasi dari seorang temannya yang bekerja disebuah resort, bahwa hari itu ada seorang bos yang mencarterperahunya. Jamnya belum diketahui. Dengan memberanikan diri dia menyapa dengan sedikit keragu – raguan.
“Bos, mau kemana,,!”
“Mau ke Paradise Resort.Tapi saya sudah janjian sama,,,