“Johny,,kamu jangan merendahkan diri. Sebelum ketemu dengan kamu, Papi dan saya sudah tahu kamu itu seorang sarjana tekhnik sipil. Benar kan?”
“Eh,,,siapa yang bilang Deasy!
“Kamu teman Vanno, yang bekerja disalah satu resort di pulau ini,,Iya, kan?”
“Benar. Vanno temanku. Seorang guides diving di Castil resort. Dari Vanno – lah, saya mendapatkan info bahwa dalam beberapa hari nanti perahu taksiku akan di carter seorang bos..maaf Deasy. Bukannya saya mau merendahkan diri dan menyembunyikan identitasku. Tapi saya merasa tidak enak kalau sebuah gelar sarjana untuk disanjung. Saya hanya seorang petaksi saja!” Johny sambil mengangguk-angguk, merasa ketahuan identitasnya. Jari tangannya menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.
“Saya maklumi. Makanya papi tidak menyinggung tentang latar belakang kuliahmu, kan?”
“Sudah. Lupakan itu, menurut kamu kira – kira apa progress paradise ini dalam tata ruang dan lingkungannya!” Lanjut Deasy pula.
“Menurut aku Deasy, penataan lingkungan itu paling utama. Biarkan lingkungan ini serba alami. Kalau perlu kita menanam lagi pohon- pohon sepanjang jalur ini. Sebab daya tarik utama dari sesuatu yang indah itu, letaknya pada keaslian lingkungan itu sendiri. Tinggal kita mendekorasikan bangunan tempat nginap. Dan hal penting disebuah resort tepian laut seperti ini, yaitu menyiapkan sarana dan prasarana diving. Dari situlah sumber pendapatan yang terbesar, Sebab banyak bule-bule suka menyelam!”
“Berarti kita harus menyiapkan tenaga diving!”
“Ya,,Anak – anak di pulau ini serba pintar menyelam,,tinggal kita yang nantinya memberikan pelatihan dan pencerahan. Dasar – dasarnya sudah ada pada mereka!”
Sejenak jedah. Lapat – lapat telinga mereka berdua, mendengar suara erangan yang terbawa semilir angin.
“Aahhh,,,Ooohhhhgg,,, Deasy, tolong papi!!”