****
Bumi ini telah merimpang, selarung iblis dekah reguk
Jejak tapak neraka menjejal sanasini umat
Yang sedari tempo tak pernah usai
Membilang hari dengan dosa:
Menanak nyawa, entah
Berpulang ke nisan
azab
kala
Tak menit merupa
Sedetik hanya segumam
Tentang orang yang melalulalang,
Dari belahan hingga ke padang nyaris
Meriuhkan zaman  merahnya batuan kirmizi
Tak heran tumpah meruah gerimis terundang, dipinang
Di tanah merah yang purba rahim para nabi dan sang rabi
Nafas-nafas diangkut dengan jari setelunjuk
Yang seharusnya adalah perawan tua
Dan berdiri serupa tengkaras
Terlindung dari decak
Semilir angin
Sakau
Sedang
Di  negeri ini
Berkoar senandungkan
Madah dan ritme bagai menyigi
Yang ternyata topeng musang berbuluh
Domba yang taruknya terkait di pucuk ilalang
Terjerat dalam kubangan tapi gelimang intan  melimpah
__________________________________________
@rskp,,,10042015,,, Â Â Â Â Â Jakarta
ilustrasi gambar < Google+ editan rskp
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H