Tiap biji gabah yang kau tumbuk menjadi beras. Kau ayak lalu kau cuci. Kemudian kau tanak. Tiap butir nasi yang telah matang yang dimakan oleh ku dan anak-anak. Setiap butir itu pula Tuhan meleburkan dosa-dosamu.
Keringat yang menderas dari pelipis dan sekujur tubuhmu saat kau menumbuk gabah menjadi beras, mengayak dan mencucinya agar siap untuk ditanak. Berpanas-panas kalau kau menanaknya menjadi nasi. Kelak antara dirimu dan neraka, Tuhan memberi tujuh lapis tabir pemisah.
Tiap helai rambut anak-anakmu yang kau sisir lalu kau minyaki. Dan tiap potong pakaian mereka yang kau cuci lalu kau rapihkan. Tuhan akan membalasmu dengan pahala seperti pahala memberi makan seribu orang kelaparan dan memberi pakaian seribu orang yang tak punya pakaian.
Istriku, jika kau membantu kebutuhan tetangga-tetanggamu yang kekurangan, Tuhan telah menyediakan telaga Al-Kautsar untukmu di akhirat nanti.
Ketahuilah istriku! Yang lebih utama dari seluruh keutamaan diatas adalah ke ridhoan-ku terhadapmu. Andai aku tidak ridho, maka Nabi tidak akan memberimu syafaat pertolongan kelak di akhirat nanti karena kemurkaan suamimu adalah kemurkaan Tuhan jua.
Begitu mulianya menjadi seorang istri. Ketika kau mengandung anak-anakmu hingga 9 bulan lebih, setiap hari para malaikat mendo’akanmu memohonkan ampunan bagimu. Sakit yang kau derita saat kau melahirkan, pahalanya telah Tuhan tetapkan sama dengan orang yang sedang berjuang di jalan Tuhan. Jika kau meninggal dunia karena melahirkan, Tuhan telah menyediakan taman yang indah di surga nanti.
Istriku, saat kau melayani ku dengan senang hati dan ikhlas selama sehari semalam. Tuhan akan memakai kan padamu dengan pakaian yang serba hijau dan tiap helai rambutmu bernilai seribu kebaikan di akhirat nanti.
Tiap senyummu kepadaku akan dibalas dengan dengan senyum Tuhan kepadamu dengan pandangan penuh kasih. Alas tidur yang kau bentangkan dengan senang hati untuk ku tidur. Rambutku yang kau sisir dan minyaki, jenggot dan kumis yang kau rapihkan,  kuku-kuku ku yang kau gunting dan bersihkan. Maka Tuhan akan memudahkan sakharatul mautmu, menjadikan kuburmu bagai taman-taman di surga, memberimu minum dari air sungai yang mengalir di surga, memudahkanmu melintasi as shirat al mustaqim dengan selamat karena Tuhan telah membebaskanmu dari segala siksa api neraka yang siksanya sangat pedih, Na’audzubillah.
Bukan! Bukan aku yang mengatakan ini semua! Dan bukan aku pula yang menetapkan! Ini wasiat Rasulullah kepada putrinya, Fathimah Rha yang kelak akan menjadi seorang istri dan ibu bagi anak-anaknya.
Selamat malam istriku, semoga kelak kita semua, para suami dan para istri dapat memetik hikmahnya, Amin.
Aku tak tahu, apakah suratku  ini akan terlambat kau terima dan membacanya? Atau kau akan mengingkari isi suratku ini? Atau kau hanya menganggap dan membantahnya bahwa ini hanyalah bualanku saja? Aku hanya  berserah diri kepada Nya atas segala yang telah terjadi, sedang terjadi dan akan terjadi nanti diantara kita. Karena hanya Tuhanlah sebaik-baiknya pengadilan.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H