Mohon tunggu...
seroja white
seroja white Mohon Tunggu... -

berpikir dengan hati, menulis dengan jiwa

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Mencari Jejak Air Susumu

4 Juni 2011   10:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:52 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

yang aku tahu

tangis akhirku lelap di antara bukit hangat itu

seperti tak berkesudahan

tiap tetes madu berwarna putih itu

menyambung umur hingga kegurat angka

pada ayah kubertanya

mengapa pundipundi air susuku

berganti kaleng bergambar sapi betina

lalu ayah menjawab

sapi betina itu ibuku kini

ratapan tak akan mengembalikanmu

padaku ibu...

kata terakhir yang jelas terpahang di telinga

"Kau urus anakmu itu! Menetek saja kerjanya!"

lalu suara seret sandalmu menyayat hatiku

manik mataku memenjarakan ayah

ia melenguh

mungkin karena harga solar yang terus naiknaik ke puncak gunung

atau karena terlibas kapalkapal besar berpukat harimau

hingga jala hanya menggantung

joran terpekur

kini ayah hanya hidangkan

air putih dengan sedikit gula

menawar tangisku

menyematkan aku di pangkuannya

"Sabarlah nak, omak akan pulang . Lagi mengaji dia di Surau"

lalu malam beriring isakan yang tak pernah tamat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun