Mohon tunggu...
Serlly Nurlita
Serlly Nurlita Mohon Tunggu... Penulis - Author

Menulislah dari hati

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Wasiat Kakek

15 Februari 2021   20:50 Diperbarui: 15 Februari 2021   21:28 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peristiwa malam itu masih terekam di memori Intan. Paman Hendra, satu-satunya adik kandung bapak Intan, tega berbuat zalim setelah bapak tiada.

"Sabar, Dik. Jangan pakai emosi menyelesaikan masalah tanah, " saran Mbak Irma mencoba menenangkan Intan.

"Apanya yang harus sabar. Paman Hendra yang kelewatan. Kenapa dia tidak bicarakan itu waktu bapak masih hidup. Lagian, tanah bagian bapak itu hanya sisa itu. Sudah banyak dijual Paman Hendra, "  kata Intan.

Mbak Irma tak mau membantah Intan. Dia cukup tau sifat  Hendra. Hanya menambah runyam suasana kalau membalas perlakuan Paman Hendra.

Ponsel Intan berdering. Sebuah panggilan masuk dari kepala desa setempat. Intan merasa tidak punya masalah dengan pemerintah desa apalagi dengan masyarakat di sana. Karena hampir satu desa adalah keluarga.

Intan menjawab telepon tersebut. Ekspresi wajahnya berubah merah dan serius. Mbak Irma penasaran dengan perubahan sikap adik semata wayangnya itu. Ia pun mendekatkan telinganya di ponsel Intan.

Mbak Irma menangkap sayup-sayup isi pembicaraan antara Intan dan kepala desa. Intan pun menutup ponselnya.

"Mbak dengar tadi. Paman Hendra melaporkan kita ke kepala desa. Katanya, kita mengambil warisannya. Pembohong! " marah Intan.

"Jadi ... apa yang harus kita lakukan? " tanya Mbak Irma. 

"Pak Kepala Desa minta kita hadir di pertemuan lusa. Katanya, Paman Hendra punya surat wasiat dari kakek yang menerangkan, tanah itu haknya, " kata Intan.

Paman Hendra menatap sinis ke arah Intan dan Mbak Irma. Di tangannya tampak ada selembar surat. Pertemuan penyelesaian masalah tanah warisan itu diadakan di balai desa. Kepala desa langsung memimpin pertemuan tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun