Sedangkan negara Indonesia mengalami kontraksi yang cukup dalam dari 4,97 di kuartal 4 tahun 2019 menjadi tumbuh hanya 2,97 pada kuartal pertama 2020 ini.
Kontraksi yang cukup dalam pada kuartal 1 di Indonesia ini di luar perkiraan mengingat pengaturan physical distancing dan PSBB mulai diberlakukan pada awal bulan April 2020.
Konsumsi swasta, penyumbang hampir 60% pergerakan ekonomi nasional, juga dipastikan akan mengalami kontraksi. Penjualan retail, baik di pasar tradisional dan pasar modern dipastikan turun. Bahkan, sebelum kasus Covid-19 teridentifikasi di Indonesia, data Indeks Penjualan Riil yang dikeluarkan Bank Indonesia sudah menunjukkan kontraksi 0,3% pada bulan Januari 2020.
Indikasi turunnya konsumsi swasta juga diperlihatkan oleh anjloknya perjalanan wisata baik domestik ataupun asing. BPS mencatat jumlah kunjungan wisatawan mancanegara turun 7,62% pada Januari 2020 dibandingkan Desember 2019. Sementara, wisatawan nusantara turun 3,1% pada periode yang sama. Tekanan pada konsumsi swasta ini dipastikan akan lebih dalam pada bulan Maret dan juga bulan-bulan berikutnya.(detik.com/2020)
Salah satu Kalangan pelaku usaha yang terkena imbas juga adalah di sektor perhotelan dan restoran.Perhimpunan Hotel & Restoran Indonesia (PHRI) mencatat efek penyebaran virus corona menekan tingkat okupansi di hotel-hotel di Tanah Air, terutama di Jakarta. Dimana tingkat okupansi perhotelan merosot menjadi hanya 20 persen bila dibandingkan dari kondisi normal sebelum pandemi. Pada kondisi normal, okupansi perhotelan bisa mencapai 70 persen
Penurunan pertumbuhan ekonomi global juga berimbas pada negara-negara tujuan ekspor indonesia. Seperti negara-negara yang menjadi tujuan utama ekspor Indonesia selama ini yaitu, Amerika Serikat dan Uni Eropa, yang kini juga terkena dampak penyebaran pandemi covid dan telah melewati kasus yang terjadi di Cina. Di sisi lain, sebagai akibat turunnya kegiatan ekonomi domestik, impor khususnya bahan baku dan modal juga mengalami kontraksi dibandingkan tahun lalu.
Akibatnya, penurunan ekspor tentu juga akan dibarengi dengan penurunan impor, sehingga pengaruh net-ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi domestik tahun ini relatif kecil, sebagaimana tahun lalu yang memberikan kontribusi -0,5% terhadap PDB.
Penurunan ekonomi akibat pandemi covid ini juga menimbulkan masalah lain yaitu meningkatnya pengangguran dan kemiskinan. Lesunya aktivitas perekonomian tentu berimplikasi pada meningkatnya PHK.
Kamar Dagang dan Industri (Kadin) mencatat angka jumlah pekerja yang dirumahkan dan di-PHK sudah mencapai 6 juta orang selama masa pandemi ini. Wakil Ketua Umum Kadin Shinta Kamdani mengungkapkan, sebagian besar pekerja tersebut dirumahkan. "Karena pengusaha tidak punya cashflow untuk PHK," kata Shinta. (Tirto.id/2020)
Pandemi covid juga membuat angka kemiskinan bertambah. Menteri Sosial Juliari P Batubara memperkirakan, angka kemiskinan Indonesia kemungkinan akan bertambah hingga 4% akibat pandemi COVID-19. Dengan demikian, angka kemiskinan pada tahun 2020 diperkirakan mencapai 13,22%. "Ini kenaikan yang luar biasa," kata Mensos Juliari, seperti dilansir dari Kompas.
Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani, jika Covid-19 bisa segera tertangani dengan baik maka pertumbuhan ekonomi diprediksi masih bisa di atas 4%. Namun, pemerintah juga harus bersiap jika pandemi ini masih bertahan antara 3-6 bulan lagi maka situasi akan lebih memburuk, dimana pertumbuhan ekonomi diperkirakan pada kisaran 2,5% bahkan 0%.