Mohon tunggu...
Sergius Hendi
Sergius Hendi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

hobi saya ialah menulis dan memnonton

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tari Kondan pada Upacara Pendagi

27 Februari 2024   06:58 Diperbarui: 27 Februari 2024   06:59 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dalam tari kondan Suku Dayak Muduk harus ada tuak dan hanya boleh diberikan oleh perempuan. Hal ini dipercayai oleh suku Dayak Muduk sebagai rasa syukur atas rezeki yang diberikan serta menunjukkan rasa suka cita atas hasil panen.  Pemberian tuak hanya dilakukan oleh perempuan kepada lelaki, dan para tamu hal ini dikarenakan perempuanlah yang beranggungjawab atas rumah tangga dan bisa melahirkan, jadi perempuan disimbolkan sebagai sumber benih, sumber kesuburan (tanah) dan penjaga yang baik.[5]

 

  • Motif Pakis dan Rebung

 

Motif pakis dan rebung menyimbolkan sebuah harapan bagi para anggota suku. Motif pakis dan rebung sendiri dipercayai sebagai tanaman yang dapat dimakan, dan jika dipetik akan tumbuh kembali.[6] Kedua motif ini ingin mengatakan bahwa  alam semesta dan punopok (Tuhan) akan senantiasa merestui segala usaha dan akan memberikan rezeki.

 

  • "Tere-Tere Ya, Aro We

 

seruan "tere-tere ya, aro we" hampir mirip dengan syair lagu ka' jubata dalam tari Jongan di Kabupateng Bengkayang, Kalimanatan Barat.[7] Kedua seruan ini sama-sama mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan dan alam atas rezeki panen yang diberikan kepada mereka. Selain itu, dengan seruan tersebut masyarakat suku Dayak Muduk percaya bahwa dengan tetap menjalani komunikasi, para leluhur tetap merestui segala usaha mereka atau bisa dikatakan sebagai ucapan terimaksih.

 

Kesimpulan 

Tari kondan dalam suku dayak muduk merupakan ungkapan syukur atas hasil panen kepada Tuhan, para leluhur dan kepada alam. Tari ini dilakukan pada upacara pendagi, karena mereka percaya di pendagi adalah tempat di mana pintu untuk dapat bersatu dan berpesta bersama para leluhur yang telah dipanggil oleh ketua adat melalui pahoh (tempat pengucapan mantra) sekaligus tempat memberi makan kepada para leluhur. 

Tari kondan ini dimaksudkan sebagai media komunikasi bersama para leluhur, punopok (Tuhan), alam dan mahluk gaib. Hal ini dilatar belakangi dari zaman dulu, yang mana tidak semua orang dapat berbicara dengan para leluhur dan hanya dengan tarian dan gerakan yang mereka buat itulah cara termudah bagi mereka untuk mengucapkan terimakasih serta meminta kepada leluhur, punopok (Tuhan), alam dan mahluk gaib untuk senantiasa memberi rezeki. Oleh karena, dengan tari kondan ini masyarakat Dayak Muduk berusaha menjaga keseimbangan dengan alam dan menjaga relasi dengan sang pemberi. Maka tidak heran kalau tari ini dilakuakn di pendagi sebagai penutup upacara dan acara adat, karena acara Nosu Minu Podi merupakan acara syukur hasil panen dan sekaligus memanggil semangat padi. Tari kondan dijadikan sebgai penutup karena ingin mengkungkapkan rasa bahagia, syukur kepada pemberi dan mengungkapkan harapan baru.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun