Diskursus Dokrin Pendidikan Ki Hadjar Dewantara
Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, yang setelah tahun 1923 dikenal sebagai Ki Hadjar Dewantara, adalah seorang bangsawan Jawa yang lahir pada 2 Mei 1889 dan meninggal pada 26 April 1959. Beliau adalah seorang aktivis, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan bagi pribumi Indonesia selama masa penjajahan Belanda. Nama "Ki Hadjar Dewantara" dipilih sebagai bentuk penghormatan terhadap budaya Jawa, dan sering kali disingkat menjadi "Soewardi" atau "KHD". Ki Hadjar Dewantara dikenal sebagai salah satu tokoh penting dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia. Beliau terlibat aktif dalam perjuangan melawan penjajahan Belanda, dan melalui tulisan serta aktivitas politiknya, beliau mengadvokasi hak-hak dan pendidikan untuk pribumi Indonesia. Salah satu pencapaian terbesar Ki Hadjar Dewantara adalah pendirian Perguruan Taman Siswa pada tahun 1922.Â
Lembaga pendidikan ini memberikan kesempatan bagi pribumi Indonesia untuk memperoleh pendidikan yang setara dengan para priyayi dan orang-orang Belanda. Taman Siswa mengedepankan pendidikan yang berorientasi pada kebudayaan dan karakter, bukan hanya pengetahuan akademis semata. Pada tahun 1959, atas jasa-jasanya dalam pengembangan pendidikan di Indonesia, Ki Hadjar Dewantara dianugerahi gelar sebagai Bapak Pendidikan Nasional oleh Presiden Soekarno. Tanggal kelahirannya, 2 Mei, kemudian diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional Indonesia. Ki Hadjar Dewantara juga dikenal dengan semboyannya "Tut Wuri Handayani", yang berarti "di belakang memberi dorongan".Â
Semboyan ini menjadi bagian dari slogan Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia dan mencerminkan filosofi pendidikan beliau yang menekankan pentingnya peran pendidik dalam membimbing dan mendukung murid dari belakang, memberi kebebasan kepada murid untuk berkembang dengan mandiri. Nama beliau diabadikan pada kapal perang Indonesia, KRI Ki Hadjar Dewantara.
Potret dirinya juga diabadikan pada uang kertas pecahan 20.000 rupiah tahun edisi 1998.
Dia dikukuhkan sebagai pahlawan nasional yang ke-2 oleh Presiden RI, Sukarno, pada 28 November 1959 (Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 305 Tahun 1959).
Warisan dan Pengaruh
Ki Hadjar Dewantara meninggalkan warisan yang mendalam dalam bidang pendidikan di Indonesia. Filosofi dan pendekatannya terhadap pendidikan yang berbasis kebudayaan dan karakter tetap relevan hingga saat ini. Taman Siswa, lembaga pendidikan yang didirikannya, terus menjadi simbol perjuangan pendidikan untuk semua lapisan masyarakat.
Panca Darma (1947)
Pada tahun 1947, Ki Hadjar Dewantara merumuskan lima asas pendidikan yang dikenal sebagai Panca Darma. Kelima asas ini mencakup:
1. Asas Kemerdekaan:
  Pendidikan harus memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dan bakatnya. Kebebasan ini mencakup kebebasan berpikir, berkreasi, dan berekspresi. Dalam praktiknya, sekolah memberikan ruang bagi siswa untuk memilih mata pelajaran atau kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan minat dan bakat mereka.
2. Asas Kodrat Alam:
  Pendidikan harus sesuai dengan kodrat alam, artinya harus menghargai dan memperhatikan perkembangan alami anak sesuai dengan tahap-tahap pertumbuhannya. Guru memberikan pelajaran yang sesuai dengan usia dan tingkat pemahaman siswa, serta menggunakan metode yang mengedepankan pendekatan alami seperti pembelajaran melalui permainan bagi anak-anak kecil.
3. Asas Kebudayaan:
  Pendidikan harus berakar pada kebudayaan nasional dan lokal. Siswa diajarkan untuk menghargai dan melestarikan warisan budaya bangsa. Kurikulum sekolah mencakup pelajaran seni, tari, musik, dan bahasa daerah untuk memastikan bahwa siswa mengenal dan mencintai budaya mereka sendiri.
4. Asas Kebangsaan:
  Pendidikan harus menanamkan rasa cinta tanah air dan semangat kebangsaan. Hal ini penting untuk membangun identitas nasional yang kuat. Sekolah mengadakan upacara bendera setiap minggu dan mengajarkan sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk menanamkan rasa patriotisme di kalangan siswa.
5. Asas Kemanusiaan:
  Pendidikan harus memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan universal seperti keadilan, kebebasan, dan kemanusiaan. Siswa diajarkan untuk menghormati hak-hak asasi manusia. Program pendidikan mengajarkan nilai-nilai toleransi, kerja sama, dan menghargai perbedaan di antara sesama siswa.
Kemerdekaan Belajar menurut Ki Hadjar Dewantara
Ki Hadjar Dewantara mengemukakan konsep kemerdekaan belajar yang menekankan pengembangan potensi individu. Konsep ini mencakup beberapa poin utama: