Masyarakat jelatah juga harus pintar, jangan sampai pada saat pemilu legislative dan kepala daerah, masyarakat memilih tikus-tikus berdasih. Seperti memilih tikus dalam karung.Â
Para pejabat yang berdandan keren, sok peduli, sok simpati kepada rakyat kecil, tetapi jauh didalam dirinya terdapat jiwa tikus yang rakus dan licik. Jangan mudah tergodah oleh bujuk rayuh-nya, yang berhembus bagai angin surga.
Karena kerakusan dan kelicikan mereka, segala cara dapat dihalalkan. Hanya untuk mempertahankan eksistensinya, mereka relah banting tulang melakukan apa saja.Â
Kucing-pun dapat di suap dengan lima ekor ikan dan dua roti. Kalau tidak percaya coba tanyakan sama pegawai KPK, Novel Baswedan. Pasti Pak Novel akan menceritrakan semuanya. Mengapa matanya disiram air keras ? atau tanyakan kepada opa O.C. Kaligis kenapa sampai pengacara yang kondang dan beken, bisa terjaring Operasi Tangkap Tangan oleh KPK ?
Jadi, masyarakat jelata jangan biarkan para tikus berdasi yang suka hidup berkoloni menguasai pemerintahan di suatu daerah. Karena pada saat mereka merasa aman dan nyaman, maka tempat tersebut akan dijadikan sarang penyamun. Jika hal ini sampai terjadi, maka merupakan sebuah mimpi buruk yang tidak dapat diselesaikan dengan hanya bangun dari tidur. Â
Waspada-lah terhadap tikus berbulu domba!
Itulah sekilas pariwara tentang pengaruh buruk hewan pengerat, jagalah diri kita masing-masing. Jangan sampai kita terkena virus hewan tersebut. Â Jangan lupa cuci tangan dan pakai masker, untuk menghidarkan diri kita dari godaan virus yang terkutuk.
_ADN
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H