Mohon tunggu...
Ndiken Sergi
Ndiken Sergi Mohon Tunggu... Asisten Rumah Tangga - Almasuh - Papua

Tulis dan Tulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengapa Harus Bom Bunuh Diri?

5 Februari 2019   17:25 Diperbarui: 5 Februari 2019   20:26 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ada tujuh kata yang tercantum didalam mukadimah UUD 1945 yang harus dicabut, kalau tidak, umat kristen di Indonesia sebelah timur tidak akan turut serta dalam negara Republik Indonesia yang baru saja di proklamirkan". (Adian Husaini, Solusi Damai Islam - Kristen di indonesia, Pustaka Da'i, 2003, halaman 177)

Jangan sampai nilai-nilai luhur mulia suatu kepercayaan agama, terinfeksi oleh virus kekuasaan politik yang bersifat rasis, yang dapat menyebabkan perilaku menyimpang. Sehingga membuka peluang kepada ideologi politik ekstrimis untuk masuk, meggrogoti setiap sendi; sel-sel kebinekaan yang sudah tertanam di dalam jiwa raga.

Jika hal ini terjadi, maka secara tidak langsung sudah membuka lahan-lahan baru untuk memproduksi senjata jenis ini secara masal dan akan siap untuk di tembakan kepada target yang diinginkan. Misalnya, isu agama diboncengi ke dalam isu politik, untuk menyerang lawan politik tertentu demi menarik simpati dari suatu golongan agama mayoritas.

Kita berharap Bom Gereja Surabaya tidak hidup kembali. Kita berharap kerusuhan Ambon tidak hidup kembali. Kita berharap kerusuhan Posso tidak hidup kembali. Kita berharap Kasus Wisma Dolous (Jakarta Timur) tidak hidup kembali, dan lain sebagainya. Kita semua berharap peristiwa-peristiwa tersebut tidak terjadi lagi. Kita semua menginginkan hidup berdampingan dengan aman dan tentram. Bermain bersama, berinteraksi dengan sesama anak bangsa yang  berbeda kepercayaan agama.

Pelangi terlihat indah karena tersusun dengan berbagai campuran warna. Perbedaan, kemajemukan, harus menjadi kekuatan dan bukan kelemahan. Kebinekaan merupakan salah satu asset berharga bangsa Indonesia yang harus dijaga eksistensinya.

Jangan sampai informasi hoax menjadi embrio intolerasi. Bijaksana dalam menerima informasi yang beredar dan berkembang di dunia nyata maupun dunia maya. Selektif dan kritis dalam menerima informasi yang bersifat prinsipil. Sehingga kita dapat mengtahui apa motif dari pemberitaan; informasi yang dimaksud.

Sebab pemberitaan; informasi mengenai suku, ras, dan agama akan menciptakan respons yang cepat dari para konsumen berita. Mencegah lebih baik, daripada mengobati, sebelum semuanya terlambat, hilang ditelan sang waktu dan tinggal lah sebuah penyesalan.

"Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit, karena melawan bangsamu sendiri." - Ir. Soekarno.

Oleh : Pejuang Pena

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun