Mohon tunggu...
Serene Juita D
Serene Juita D Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua Umum DPM FIA UB 2024

Duta FIA Brawijaya 2024

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Sinergi Mahasiswa KKN 39 FIA UB dan BUMDes dalam Membangun Ekonomi Desa Krebet Senggrong

3 Agustus 2024   14:15 Diperbarui: 3 Agustus 2024   15:41 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sesi FGD antara Pemateri dengan Peserta (dokpri)

Kurangnya pengolahan sampah yang baik sampai sekarang masih sering menjadi masalah di Desa Krebet Senggrong, Kec. Bululawang, Kab. Malang. Permasalahan ini yang mendorong diadakannya Focus Group Discussion (FGD) oleh Kelompok 39 KKN FIA UB pada Kamis, 18 Juli 2024. FGD ini mengusung tema "Transformasi Sampah Menjadi Sumber Daya: Optimalisasi Peran BUMDes dalam Pembangunan Ekonomi Desa", yang berlangsung dengan penuh antusiasme warga desa.

Acara ini dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk perwakilan pemerintah Kecamatan Bululawang, aparatur desa, pengelola bank sampah, ibu-ibu PKK, karang taruna, dan anggota KKN FIA UB Kelompok 39. Diskusi yang efektif menghadirkan narasumber dari Bank Sampah Eltari M-230 Malang, Ibu Efrida Hartini dan Bapak Yusuf Karyawan, yang merupakan pakar dalam pemberdayaan masyarakat di bidang pengelolaan limbah sampah dan budidaya maggot. Harapannya, FGD ini dapat menjadi titik awal dalam memenuhi kebutuhan warga desa yang sudah lama menjadi aspirasi. Hal tersebut sudah menjadi perhatian Kelompok 39 yang disampaikan oleh Ketua Pelaksana, Serene Juita Darmawati.

Pemaparan Materi
Pemaparan Materi "Manajemen Pengelolaan Bank Sampah" oleh Ketua Unit Bank Sampah Eltari M-230 Malang, Ibu Efrida Hartini (dokpri)

Pemaparan Materi
Pemaparan Materi "Budidaya Maggot untuk Mengurangi Sampah Rumah Tangga " oleh Bapak Yusuf Karyawan dari Unit Bank Sampah Eltari M-230 Malang (dokpri)

Diskusi dipandu oleh Putri Dwi Anastasya yang kemudian diawali dengan pemaparan mengenai pengelolaan sampah yang mencakup pembagian jenis-jenis sampah organik dan anorganik menggunakan metode prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Para peserta mendapatkan pengetahuan tentang cara memanfaatkan sampah dan limbah organik menjadi barang-barang kerajinan daur ulang yang memiliki nilai jual tinggi. Selain itu, peserta juga diajarkan cara untuk memanfaatkan maggot Black Soldier Fly (BSF) untuk mengolah sampah organik dapur, atau disebut juga dengan cara biokonversi. Materi menjelaskan mengenai siklus hidup maggot dan manfaatnya dalam budidaya ternak dan pengolahan sampah.

Poin utama dari diskusi adalah kreativitas dalam mengelola sampah. Beberapa strategi yang diusulkan termasuk mengadakan pelatihan rutin, kerjasama dengan universitas dan pemerintah, serta konsultasi dengan kepala desa terkait pendanaan. Sosialisasi terkait sampah juga menjadi fokus, mulai dari tingkat RT (Rukun Tetangga) hingga kecamatan, serta mengajak setiap RW (Rukun Warga) untuk membuka unit bank sampah dan membuat perjanjian kerja sama dengan pengelola unit bank sampah.

Para peserta juga membahas pentingnya mengetahui harga tiap-tiap jenis sampah serta melakukan koordinasi dengan warga untuk membuat tempat penyaluran sampah. Gerakan menabung sampah melalui bank sampah diusulkan sebagai cara untuk menguangkan sampah secara profesional. Selain itu, Bapak Yusuf juga menyarankan pihak desa melakukan kolaborasi dengan akademisi untuk mendapatkan bantuan mesin pengelolaan sampah dari kampus.

Pemasaran menjadi salah satu materi menarik dalam diskusi. Pemasaran ternak maggot contohnya, ditanyakan oleh salah seorang warga dalam diskusi. Narasumber menekankan pentingnya mencari target pasar yang sesuai, melakukan pemasaran melalui media sosial, dan menjalin relasi dengan berbagai pihak untuk memperluas jaringan pemasaran. Selain itu, peserta diskusi juga mendiskusikan pentingnya membangun brand dan menciptakan strategi pemasaran yang efektif agar produk ternak maggot dapat dikenal luas dan diminati pasar.

Koordinasi antara bank sampah desa dengan bank sampah kabupaten terkait pengambilan sampah juga dibahas. Narasumber menyarankan agar desa mengeluarkan surat izin untuk membantu dalam perizinan, sehingga proses pengambilan sampah dapat berjalan lancar dan efektif. Hal ini dianggap penting untuk memastikan kontinuitas dan kelancaran operasional bank sampah di desa.

Sesi FGD antara Pemateri dengan Peserta (dokpri)
Sesi FGD antara Pemateri dengan Peserta (dokpri)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun