Sudah hampir satu bulan.Mikhaila tak memberikan tanda akan menemui saya.
Pada bulan basah di pertengahan tahun,Kafe Albartos terbilang cukup ramai dan penuh.Beberapa kopinya menjadi pilihan dari sebagian orang untuk menjadi obat di bulan basah saat ini.
Saat itu saya berkunjung ke kafe Albartos akibat undangan dari kenalan saya. Saya dan Winny bertemu sekitar beberapa bulan sebelumnya. Pertemuan tidak terduga di salah satu apartemen yang masih di kota ini.
Ketika itu saya hendak turun ke lantai bawah,sengaja dengan tangga darurat. Entah kenapa saya lebih sering memakai tangga darurat meskipun saya tau jika itu akan memakan waktu sedikit lebih lama lagi.
Saya dan Winny berpapasan, dia memperhatikan dan mengamati saya.
"Apa kita pernah bertemu?," dia bertanya.
"Bertemu?kapan?."
"Kapan?...aku lupa." Dia tersenyum.
Akhirnya setelah pertemuan tidak terduga waktu itu. saya dan Winny jadi cukup sering bertemu. Alangkah mengejutkan nya lagi, ternyata Winny satu apartemen dengan saya.
Dia bekerja separuh waktu di kafe Albartos, jabatan nya di kafe Albartos adalah seorang kasir, Winny berucap sudah hampir satu tahun lebih dia bekerja di sana.
Pada satu waktu saya memutuskan berkunjung ke kafe Albartos, udara dingin cukup terasa semenjak saya turun dari taksi, orang-orang hilir mudik keluar dan masuk beberapa toko, kafe dan restoran cepat saji, udara dingin ini bercampur dengan harum dari toko roti di sebelah kafe Albartos ini. Penyaji menghampiri, memberikan daftar serba hidangan kepada saya. Akhirnya saya hanya memesan teh hangat dan sepotong kue yang aku lupa namanya.