Saluran televisi lebih banyak Menayangkan berita-berita, hanya beberapa berita yang saya ingat, sisanya menuju kepada Mikhaila, tentang pembicaraan tadi. Rasa kantuk tidak cukup dapat saya hindarkan, dua jam setelah kejadian bertemu Mikhaila tadi saya pun tertidur hingga pagi juga.
Pada pertemuan sore ini, saya berpikir untuk memberikan sesuatu. Tapi entah apa yang harus saya berikan. Makanan, minuman, barang-barang, atau apa. Saya meminta saran pada Winny, semoga dia memberikan saran yang baik dan semoga saya pun menerima sarannya juga. Setelah berpikir untuk memberikan sesuatu, saya segera mengunjungi Winny di kafe Albartos itu.
"Mau memberikan sesuatu?," tanya Winny.
"Ya,tapi apa?kau ada saran,winny?," aku berucap.
"Untuk dia ya?...bagaimana jika bunga?," ucap winny. "beberapa wanita kemungkinan akan senang dengan itu."
Saya mengambil saran Winny, tidak ada salahnya juga kan, toko bunga adalah tujuan saya selanjutnya. Setelah sampai toko bunga, saya masih meminta saran kepada si penjual, saya masih kurang mengerti soal ini. Penjual itu menunjukan berbagai bunga dengan berbagai aneka warna, saya berharap kedatangan berikutnya ke toko ini dengan Mikhaila saja.
Dari toko bunga ke kafe Albartos tidak terlalu jauh, hanya sekitar tiga puluh menit jika tanpa menggunakan taksi, menyusuri jalan menikmati waktu hingga bertemu dengannya. Jalan seperti biasanya, hampir sangat ramai, langit dengan aneka ragam hiasan menunjukan warnanya dan udara... Udara kota, saya tidak akan banyak cerita soal itu.
Mungkin saya terlalu cepat, Mikhail belum menunjukan kedatangannya. Winny beberapa kali menghampiri saya memastikan apakah Mikhaila sudah berada tepat di hadapan saya ini.
Saya mengamati ke arah jalan, begitupun dengan bunga yang saya bawa, mungkin menunggu juga. Teh hangat yang saya pesan sudah beberapa kali di ganti, pelayan tersenyum dan sepertinya dia bertanya-tanya, sampai kapan saya harus menunggu dia di kafe ini. Tiga puluh menit lebih, bunga yang saya beli sudah saya berikan pada Winny, dia senang, dan dia berterima kasih dengan memberikan beberapa kue dan kopi latte kepada saya, saya bilang pada dia bahwa tidak perlu seperti itu, lalu soal bunga, itu pun saran dari dia juga.
Saya pulang dalam keadaan bertanya-tanya, beragam pertanyaan seketika muncul dan satu persatu harus saya ketahui jawabannya. Terlintas pertanyaan di pikiran saya bahwa sebenarnya dia itu nyata ataukah sebenarnya memang tidak ada. Tapi Winny mengenalnya. Pertanyaan itu terjawab juga.
Sudah dua hari masih belum ada kabar tentang dirinya. Saya beberapa kali berkunjung ke kafe Albartos,bertanya pada Winny,Winny berucap bahwa dia pun tidak bertemu dengannya. Saya mencoba mencari tau semua hal tentang dia. Saya mengunjungi apartemennya atas saran dari Winny, tapi tidak ada tanda kehadiran Mikhaila di apartemennya.