wsj.com
Sakit sekali hingga terasa lucu sanking perihnya  jika mendengar berbagai tanggapan yang sering terdengar di telinga mengenai kasus pelecehan,maupun kekerasan seksual yang seringkali menimpa perempuan.
Di kasus pelecehan seksual di bus misalnya, seringkali respon orang...
Emang itu cewek kayak gimana? pake baju apa?
Hingga seingat saya, dulu kasus Sitok Srengege yang mencabuli mahasiswi, lebih dari sekali baru korban melapor, dan respon orang...
Lah kok baru bilang setelah berkali kali?Â
Lah kok baru lapor pas hamil? kalo gak hamil dienakin aja ya?Â
Ah sama sama mau kali !Â
Lagian, jadi perempuan gak jaga diri!
Tak lupa juga, kalau keluar rumah, anak perempuan diingatkan orangtua, keluarga, bahkan tetanggaÂ
jangan pake baju ini, jangan pake baju ituÂ
jangan pake rok ini, jangan pake rok itu
nanti digodain, nanti diliatin
seakan perempuan dan tubuhnya sumber dosa, maksiat dan nista dunia
oke, tapi biarlah.
 Mari sebelumnya kita pakai pemahaman cerdas itu dulu,Â
"kalo wanitanya gak mulai duluan atau gak mau ya cowok juga gak bakal maksa or gak bakal mulai lah !"
begitu kata makhluk Tuhan yang terlena dengan kebangaan akan kehormatan dan kharismanya sebagai adam.
Tidak lama, beberapa hari lalu, Indonesia dikabarkan berita yang tak biasa.
Kisah Yuyun, anak 14tahun , rajin mengaji, berpakaian religius pokoknya profile gadis baik gambaran dan dambaan teladan hasil pemikiran bentukan masyarakat mayoritas awam pemeluk agama berTuhanan yang Maha Esa.
Kok tidak biasa? Ya, tidak biasa,Â
kalau Nikita Mir*ni yang diperkosa (sy tdk mendoakan) mungkin tanggapannya tetap sama dengan yang saya paparkan diatas, suatu kewajaran (kalo bisa dikira kira pemikiran masyarakat jika benar terjadi)
Tapi ini, kisah Yuyun sungguh berbeda. Apa salah dia?
Ya, kebiasaan pemikiran mayoritas masyarakat Indonesia dengan budaya patriarkinya
sewajarnya menanyakan terlebih dahulu tentang wanitanya, yang bahkan korbanÂ
bukan dulu tentang ketololan pelakuÂ
bukan dulu tentang kenistaan otak mereka
bukan dulu tentang kebiadaban selangkangannyaÂ
Jijik rasanya bahkan menyebut mereka manusia.
wanita, perempuan apapun namanya
hak ku akan tubuhkuÂ
hak ku akan pakaiankuÂ
tak ada sejengkalpun otoritasmu
bahkan melirik dengan melecehkan
hak ku mencolok matamu
jaga selangkangan dan otak sampahmu
bukan aku.
NB: Tulisan ini sy tulis sesadar sadarnya, tidak lagi datang bulan.
Semoga tersampaikan pesan, membersihkan otak dan pikiranÂ
Kalaupun tidak, semoga tidak semakin mengotorkan
Sumber gambar: http://poskotanews.com/2012/12/29/mhasiswi-korban-perkosaan-di-india-meninggal/
Serevinna
4 Mei 2016
5.38AM
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H