Mohon tunggu...
Serevinna Simanjuntak
Serevinna Simanjuntak Mohon Tunggu... Mahasiswi -

An emotional writer. Literally. Youtube: https://www.youtube.com/channel/UCnPlX2YDftffRi-jN54vB1g

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Asisten Rumah Tangga dan Logika Kelas Menengah Indonesia

17 April 2016   22:16 Diperbarui: 17 April 2016   22:32 1087
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

-Tempat duduk di bawah, lantai tepatnya. Sofa khusus majikan dan keluarga.

Motto pekerjaan: Harus mau disuruh apa saja kemana saja, kan asisten rumah tangga.

 

Paparan tersebut saya dapatkan dari hasil pengamatan "ece-ece" saya di beberapa rumah tangga kelas menengah jakarta.

Hal tersebut biasanya terjadi di keluarga kecil yang kira-kira baru memiliki anak 1, orangtua bekerja dengan penghasilan 3-7juta perbulan untuk keduanya.

Majikan bekerja, berangkat dari pagi buta hingga sore hari untuk majikan perempuan dan larut malam bagi majikan laki-laki. Asisten rumah tangga yang sebenarnya tupoksinya mengurus anak, "dimanfaatkan" juga untuk menjadi asisten rumah tangga. Toh dengan keluguannya dia tak akan protes.

Dengan gaji 800-1,5juta perbulan. Setiap suruhan majikan seakan sebuah kewajiban tanpa ia memiliki hak untuk menolak seakan gaji 800juta-1.5juta per bulan dianggap sudah layak untuk membeli waktu dan kehidupan orang untuk total mengabdikan diri kepada majikannya tanpa memiliki hak untuk peduli akan kehidupannya sendiri. Bahkan setiap suruhan tersebut tidak jarang merupakan berbagai tindakan ataupun kegiatan yang dapat dilakukan oleh majikannya dengan mudah dan sewajanya manusia normal, namun anggapan "ya kan dia asisten rumah tangga, gue majikannya" yang menutup mata hati dan wawasan mereka tentang humanity atau kemanusiaan.

Seringkali saya mendengar gurauan "Gila ya, pembantu sekarang pada belagu-belagu amat!" Seakan profesi asisten rumah tangga membuat sekelompok orang tidak lagi memiliki haknya sebagai manusia layaknya manusia lainnya dan berada di strata lebih rendah daripada manusia lainnya yang mengatasnamakan dirinya "majikan".

Kelas menengah yang seharusnya berpendidikan dan berwawasan seakan tidak mengerti adanya kemanusiaan

Aneh dan menyebalkan, kelas menengah karbitan.

Serevinna

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun