Mohon tunggu...
Nurhawati
Nurhawati Mohon Tunggu... Administrasi - -

-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menjaga Nilai Luhur dan Martabat dalam Perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia

29 Agustus 2024   15:19 Diperbarui: 29 Agustus 2024   15:23 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dari: https://yoursay.suara.com/kolom/2024/08/19/094500/lomba-17-an-jadi-ajang-tontonan-seksual-pantaskah-ada-di-hari-kemerdekaan


Sebagai seseorang yang sudah mendapatkan label nenek maka momen perayaan hari kemerdekaan Indonesia selalu mengisi hati penulis dengan rasa bangga dan haru. Setiap memasuki tanggal 17 Agustus penulis selalu mengenang perjuangan para pahlawan dengan penuh kekaguman dari pejalaran sejarah saat bangku sekolah. Sejak muda penulis setiap tanggal 17 Agustus merupakan waktu spesial untuk berkumpul bersama keluarga. Ketika berkumpul tersebut akan selalu mengenakan pakaian merah-putih untuk mengikuti upacara bendera dengan penuh khidmat. Penulis tahu betul akan bagaimana merayakan perayaan tersebut di masa lalu dengan suasana yang lebih sederhana tetapi tidak kalah meriah. Namun kini para anak-anak sampai cucu yang melanjutkan tradisi tersebut dengan semangat yang tidak kalah menyala dibandingkan saat penulis melaksanakannya.

Setiap tahunnya penulis selalu melihat dekorasi warna merah-putih selalu menghiasi rumah dan jalanan yang membuat sekeliling merasa seolah-olah kembali ke masa-masa perjuangan kemerdekaan seperti masa lampau para pahlawan. Suara tawa dan keceriaan anak-anak yang selalu berlari dalam berbagai lomba tradisional seperti balap karung sampai tarik tambang membuat penulis tersenyum melihatnya. Melihat para anak-anak yang penuh semangat turut serta dalam perayaan tersebut mengingatkan penulis akan penting menjaga semangat kebangsaan dan merayakan keberagaman yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.

Saat merayakan hari kemerdekaan Indonesia penulis yang saat masih anak-anak selalu bersemangat untuk mengikuti berbagai macam lomba yang diadakan lingkungan sekitar tempat tinggal. Salah satu lomba yang paling menggembirakan berupa lomba balap karung. Penulis masih ingat akan serunya saat melakukan melompat-lompat dengan karung besar untuk berusaha secepat mungkin agar sampai ke garis finish sebelum anak-anak lainnya. Suasana kompetisi dibuat sangat menegangkan namun tetap menyenangkan karena di balik setiap lompatan yang dilakukan terdapat sorakan dan dukungan dari para penonton untuk meramaikan acara tersebut. Melihat wajah cerita dari banyak orang yang berpartisipasi maupun penonton memberikan rasa kebersamaan yang mendalam.

Selain mengikuti perlombaan balap karung yang diikuti masih banyak lagi. Dari sekian banyak lomba tersebut salah satunya berupa lomba tarik tambang yang selalu menjadi favorit penulis. Ketika tali tambang ditarik ke arah yang berbeda maka akan terasa sekali kekuatan dan semangat tim lain yang berusaha terkuat tenaga untuk memenangkan perlombaan. Penulis saat mengikuti lomba tersebut mampu merasakan degup jantung yang cepat dan kekuatan dari setiap terikan. Momen tersebut dipenuhi oleh kekompakan dan kerja sama yang mengingatkan penulis akan arti persatuan yang sesungguhnya. Keringat yang dicampur tawa selama perlombaan membentuk kenangan manis yang tidak akan pernah terlupakan bagi penulis.

Setelah semua lomba selesai dilakukan pastinya penulis akan merasa puas dan bahagia karena memenangkan beberapa perlombaan. Dampak lainnya yang dirasakan setelah mengikuti lomba tersebut berupa mempererat tali silaturahmi dengan orang-orang di lingkungan sekitar. Perayaan tersebut tidak hanya membahas mengenai memenangkan perlombaan saja melainkan merasakan kehangatan dan kekompakan yang muncul dari setiap kegiatan perlombaan berlangsung. Kesederhanaan dan keceriaan dalam perlombaan selama perayaan hari kemerdekaan berlangsung mampu membangkitkan semangat kebangsaan yang menyadari penulis betapa berartinya momen tersebut disepanjang menjalani hidup sehari-hari.

Namun seiring berjalannya waktu penulis mulai menyadari bahwa perlombaan yang dahulu penuh dengan keceriaan dan semangat kebangsaan mulai bertransformasi cukup signifikan. Padahal dahulu perlombaan yang dilakukan cukup sederhana seperti balap karung sampai tarik tambang. Namun kini perlombaan tersebut mengalami perubahan yang mencolok dan mengubah arah ke berbagai bentuk perlombaan yang tidak lagi mencerminkan esensi asli dari perayaan hari kemerdekaan. Padahal dahulu perlombaan tersebut selalu mengedepankan kebersamaan sampai kebanggan nasional namun kini beberapa perlombaan sekarang justri memasukkan unsur yang berbau seksual atau kurang pantas yang menjauh dari nilai luhur.

Sayangnya tren tersebut membawa perlombaan yang tidak hanya aneh tetapi mengarah kepada hal yang berbau seksual seperti lomba memidahkan terong dari paha ke paha orang lain dan lomba makan pisang dengan cara diarahkan ke bagian ke bagian intim. Bentuk perlombaan semacam tersebut tidak hanya menggelikan tetapi tidak pantas dipertontonkan di depan publik yang dilihat oleh anak-anak kecil sebagai penerus bangsa. Penulis melihat adanya perlombaan tersebut sangatlah miris melihat akan bagaimana lomba tersebut melibatkan ibu-ibu sampai perempuan. Dimana pihak yang terlibat tersebut menjadi objek tontonan yang merendahakan. Hal tersebut mencerminkan secara tidak langsung untuk menormalkan perilaku yang merugikan dan merendahkan citra perempuan.

Berbagai lomba yang dikaitkan dengan unsur seksual semaca tersebut meskipun pada saat perencanaan sampai pelaksanaan dianggap sebagai candaan. Namun jika dibalik itu semua tentunya  telah menodai perjuangan para pahlawan wanita seperti Raden Ajeng Kartini. Para pahlawan tersebut telah berjuang untuk emansipasi dan kesetaraan terhadap perempuan. Tetapi dengan adanya pelombaan yang ada unsur seksualnya tampanya perjuangan yang dilakukan telah tercemari oleh eksploitasi kehormatan dan martabat perempuan. Padahal seharunya momen perayaan kemerdekaan seharusnya menjadi ajang penghormatan terhadap jasa para pejuang tetapi malah disalahgunakan untuk hiburan yang tidak pantas.

Untuk itu sangat penting bagi bangsa Indonesia untuk kembali merenungkan kembali akan makna yang sebenarnya dari perayaan hari kemerdekaan. Perlombaan yang mengandung unsur melanggar norma kesusilaan seharusnya tidak menjadi tempat dalam perayaan kemerdekaan. Maka dari itu sangat perlu bagi para panitian perlombaan di hari kemerdekaan untuk memastikan bahwa perayaan tersebut tetap mencerminkan nilai-nilai luhur dan mengormati perjuangan para pahlawan. Selain itu harus dapat menjaga agar kemerdekaan yang diperjuangkan dengan susah payah tetap dihargai dengan cara yang sesuai dan bermartabat.

Dari: https://yoursay.suara.com/kolom/2024/08/19/094500/lomba-17-an-jadi-ajang-tontonan-seksual-pantaskah-ada-di-hari-kemerdekaan
Dari: https://yoursay.suara.com/kolom/2024/08/19/094500/lomba-17-an-jadi-ajang-tontonan-seksual-pantaskah-ada-di-hari-kemerdekaan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun