Mohon tunggu...
Nurhawati
Nurhawati Mohon Tunggu... Administrasi - -

-

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Merantau dan Menjaga Nilai Tradisional dengan Sudut Pandang Ibu

26 April 2024   17:42 Diperbarui: 26 April 2024   17:55 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjadi orang tua khususnya dalam peran seorang ibu memang tidaklah mudah. Kesulitan tersebut kian besar ketika harus dihadapkan dalam mengelola operasional anggota keluarga dalam keluarga kecilnya. Peran ibu menjadi sangat kompleks ketika memasuki tahap kehidupan mengandung sang buah hati. Setelah melahirkan buah hati maka pada saat itulah sosok ibu akan menghadapi berbagai hal yang tidak terduga dalam keluarganya. Dari sekian banyak hal tersebut salah satunya berupa keinginan buah hati untuk urbanisasi ke Jakarta. Ketika saat itu terjadi maka sang ibu akan mengalami kondisi emosional yang sangat kompleks secara batin sampai pikiran.

Keinginan untuk urbanisasi oleh sang buah hati ke Jakarta semakin besar ketika berada di tengah aroma harum ketupat dan keceriaan lebaran. Tentunya keinginan sang anak menjadi dilema yang tidak terucap bagi orang tua khususnya sang ibu. Dimana terdapat sisi hati yang pahat sangat keras untuk melepas sang buah hati ketika sudah beranjak dewasa. Perasaan yang dirasapun sangatlah campur aduk dalam mengiasi ruangan yang sedang berkumpul keluarga besar. Di tahap tersebutlah merupakan titik pangkal perjalanan yang dibalut oleh rasa cemas, harapan, sampai kerinduaan menjadi campur aduk. Semua hal tersebut semakin menarik dan sangat indah bersama akan panggilan ketidakpastian masa depan bagi sang anak.

Semua konflik tersebut merayap di bawah permukaan membentuk narasi yang membingkai perjuangan seorang ibu. Padahal sang ibu ingin melindungi sang buah hati sangat erat harus berlawanan dengan panggilan jiwa sang anak untuk meraih kebebasan dalam mengejar impian. Kondisi ibu tersebut bagai memainkan notasi yang tidak selaras dengan sebuah lagu. Didalamnya terdapat perasaan cemas yang mendalam akan keselamatan dan kebahagiaan sang buah yang akan mengejar peluang dunia yang luas di Jakarta. Walaupun demikian terkadang ibu harus dapat melepasakan sang buah hati untuk membuka lembaran baru hidupnya demi mendukung pertumbuhan dan kebahagiaannya.

Untuk mempersiapakan sang buah hati secara mental dalam menghadapi tantangan Jakarta maka seorang ibu dapat mengadopsi pendekatan holistik. Pertama berupa pentingnya bagi ibu untuk membantu sang buah hati dalam memahami perbedaan budaya sampai lingkungan yang dihadapi nantinya. Ini dapat dilakukan melalui pengenalan secara bertahap akan kehidupan perkotaan mulai dari kebiasaan sehari-hari sampai normal yang berlaku. Ibu juga dapat membangun komunikasi terbuka dengan buah hati agar memberikan ruang bagi mereka untuk mengekspresikan kekhawatiran, ketakutan, dan harapan di perantuan. Dengan demikian maka sang buah hati akan merasa didengar dan didukung atas perubahan besar dalam kehidupannya.

Saat mengelola risiko yang dihadapai sang buah hati di perntauan sang ibu harus memiliki strategi yang terencana dan terukur. Sang ibu dapat memulai dengan mengidentifikasi potensi risiko seperti kesehatan fisik, kesehatan mental, sampai adaptasi sosial di lingkungan baru. Setelah didapatkan data tersebut sang ibu dapat mengembangkan rencana atas tindakan konkret untuk mengurangi risiko tersebut. selain itu tidak lupa sang ibu untuk membangun jaringan dukungan di Jakarta seperti keluarga, teman atau kominutas. Jaringan dukungan tersebut akan menjadi sumber daya berharga dalam membantu sang buah hati ketika saat sedang menghadapi tantangan dan mengelola risiko lebih efektif. Sehingga sang ibu akan dapat membantu sang buah hati dalam meraih impian tanpa mengabaikan aspek keamanannya.

Saat telah selesai mengelola risiko yang diharapkan sang buah hati di perantauan maka sang ibu harus juga memperhatikan perubahan budaya untuk adaptasi sang anak. Seiring dengan langkah untuk mengurangi risiko kesehatan dan sosial maka sang ibu harus dapat memperhatian budaya baru di Jakarta. Ini dapat melibatkan pengenalan terhadap tradisi, norma, sampai kebiasaan baru yang berpotensi terjadi konflik nilai tradisional yang ditanam sang ibu. Untuk membantu sang buah hati dalam proses adaptasi tersebut maka sang ibu dapat mengambil peran mediator. Dalam menjalankan peran tersebut sang ibu harus dapat memberikan pemahaman yang kuat tentang nilai tradisional sambil memberikan dukungan. Tidak hanya dukungan saja tetapi juga kesempatan yang besar dan lebar untuk memahami dan mengadopsi nilai perkotaan yang berbeda.

Dari: https://pixabay.com/id/photos/jakarta-asbut-arsitektur-216410/
Dari: https://pixabay.com/id/photos/jakarta-asbut-arsitektur-216410/

Namun tantangan yang muncul berupa bagaimana sang ibu dapat mempertahankan nilai tradisional sambil tetap membika diri terhadap perkembangan dan pengaruh budaya perkotaan yang berbeda. Sang ibu juga harus dihadapkan atas dilema terhadap mempertahankan keaslian budaya keluarga dan membuka peluang baru dalam mengadopsi nilai dari lingkungan baru. Agar tidak mengalami kejutan yang luar biasa maka sang ibu dapat mengambil pendekatan yang seimbang melalui komunikasi agar saling memahami. Walaupun demikian sang ibu harus tetap memberikan pijakan yang kokok tidak tergoyangkan atas nilai-nilai keluarga yang dianut. Pendekatan yang dilakukan sang ibu kepada sang buah hati akan menjadi navigasi atas perubahan budaya dengan lancar dan mengelola risiko adaptasi yang lebih efektif.

Dalam mendukung sang buah hati saat mengejar mimpi di Jakarta maka peran ibu sangatlah penting. Sang ibu tidak hanya bertanggung jawab atas keamanan sampai kesejahteraan fisik saja. Dapat dikatakan tanggung jawab sang ibu juga untuk membantu sang buah hati dalam mengenali untuk mengejar impiannya dengan percaya diri. Oleh karena itu harus melibatkan dukungan emosional, motivasi, sampai saran yang membantu dalam mengatasi rintangan untuk mencapai tujuan. Pada  saat itu sang ibu dapat berperan sebagai mentor untuk membimbing sampai menvaigasi di lingkungan Jakarta bagi buah hati.

Buah hati di Jakarta sebagai perantau pastinya akan dihadapkan tugas kompleks untuk menggabungkan nilai keluarga dengan impian pribadi. Meskipun terpapar akan berbagai pengaruh budaya yang berebda di lingkungan perkotaan Jakarta. Maka sang buah hati akan tetap mempertahankan ikatan dengan nilai yang ditanamkan oleh keluarganya. Jika hal tersebut terjadi akan memiliki potensi tertekan bagi sang anak dengan ekspektasi keluarga terhadap impiannya. Oleh karena itu disini sang ibu dapat menjadi pendukung yang kuat. Dukungan yang diberikan berupa menjebatani antara nilai keluarga yang menjadi landasan kokoh dengan impian sang anak. Melalui komunikasi yang terbuka dan saling memahami akan dapat mampu mengimbangi dua hal tersebut untuk dapat berjalan beriringan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun