Di dalam kehidupan masyarakat Indonesia ada banyak sekali masalah yang dapat ditemui secara langsung menggunakan mata telanjang. Salah satu contoh masalah tersebut yaitu akan banyaknya anak yang harus terpaksa terputus sekolah. Berdasarkan laporan yang dimiliki oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi atau disingkat Kemendikbudiristek memaparkan akan sebanyak 75.3030 anak mengalami putus sekolah di tahun 2021. Banyak sekali alasan mengapa terjadi hal tersebut antara lain masalah ekonomi, keluarga, dan kesulitan belajar.
Banyaknya anak yang mengalami putus sekolah memberikan dampak yang sangat serius bagi roda gerak Indonesia di masa depan. Hal tersebut dapat dilihat dari Jepang yang sudah mengalami kehancuran oleh bom atom di dua kotanya. Berkat pendidikan yang digencarkan oleh pemerintahnya kini Jepang menjadi salah satu negara maju dalam bidang teknologi atau bidang lainnya. Untuk sejajar seperti Jepang atau negara maju lainnya maka Indonesia harus mengokohkan dalam bidang pendidikan. Dimana pendidikan yang diberikan tersebut dapat menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.
Tetapi nyatanya pembentukan sumber daya manusia tersebut kian menjadi sulit karena banyaknya anak yang putus sekolah. Tidak hanya sulitnya pembentukan sumber daya manusia berkualitas dengan adanya anak putus sekolah pula membuat kesempatan akan masa depan yang cerah menjadi lebih sulit lagi di gapai. Padahal di Indonesia ada sebuah nilai yang selalu di junjung tinggi oleh masyarakatnya dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Nama dari nilai tersebut dikenal oleh masyarakat bernama Pancasila.
Di dalam pancasila khususnya pada nilai sila ke-lima dengan bunyi "Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia". Pada sila tersebut memaparkan akan sebuah prinsip yang mana setiap orang  harus diperlakukan dengan sangat adil dan setara di dalam hukum sampai kehidupan sosialnya. Adanya prinsip tersebut membuat setiap anak berwarga negara Indonesia harus mendapatkan pendidikan secara adil dan merata dengan kualitas yang baik. Tetapi pada kenyataan secara lapangan untuk menciptakan pemerataan pendidikan bagi setiap anak sangatlah sulit. Maka tidak usah heran jika hanya menggunakan mata telanjang dapat melihat banyak anak yang mengalami putus sekolah saat mengikuti pendidikan formal.
Untuk tetap dapat membentuk sumber daya manusia yang berkualitas serta menekan dampak kurang baik dari banyaknya anak yang mengalami putus sekolah dibutuhkan sebuah solusi. Solusi yang dapat dilakukan dengan cara memiliki sebuah perasaan empati kepada anak yang putus sekolah. Adanya perasaan empati tersebut maka diaplikasikan secara nyata untuk membantu mereka dalam memperoleh ilmu pengetahuan tanpa bergantung hanya kepada pendidikan formal.
Banyak sekali pihak baik itu dari pemerintah maupun swasta yang memberikan akses ilmu pengetahuan tanpa bertopang pendidikan formal melalui banyak program pelatihan. Program pelatihan yang diberikan sangat beragam dari mulai memasak, menjahit, ilmu komputer, dan masih banyak lagi. Bahkan jika seseorang memiliki potensi yang lebih dari hasil program pelatihan maka seseorang akan diberikan sebuah kesempatan berupa beasiswa. Beasiswa yang diberikan dapat berupa dana yang dapat dikelola sehingga diujungnya akan merubah kehidupannya menjadi lebih baik lagi dari pada sebelumnya dengan memanfaatkan dana tersebut.
Jika hanya memberikan berupa bantuan dalam hal ilmu pengetahuan saja rasanya akan sangat kurang. Dimana seseorang tersebut memang menjadi sumber daya manusia yang berkualitas tetapi dalam sisi emosional kurang bagus. Maka dari itu agar maksimal dalam pembentukan sumber daya manusia yang berkualitasnya maka harus juga diberikan sebuah dukungan emosional. Ada banyak sekali langkah nyata yang dapat dilakukan dalam memberikan dukungan emosional seperti mendengarkan berbagai masalah kehidupannya sampai memberikan berbagai macam saran yang bersifat membangun.
Dukungan berupa emosional ini merupakan hal yang sangat membantu para anak yang putus sekolah tersebut agar selalu bangkit dari berbagai masalah hidup. Tidak hanya bangkit tetapi selalu memiliki sebuah cahaya harapan sehingga selalu bersemangat dalam menjalani kehidupan untuk perubahan ke arah yang lebih baik. Pemberian dukungan berupa emosional membuat ia merasa dalam menjalani kehidupan sehari-hari ini lebih diterima dan dicintai dalam kehidupan bermasyarakat. Semua hal tersebut membuat anak-anak yang putus sekolah tersebut akan lebih tegar dan siap lagi dalam menghadapi berbagai masalah atau tantangan kehidupan di depan nanti.
Biasanya pemberian akan ilmu pengetahuan sampai emosional tersebut dilakukan oleh para organisasi masyarakat. Dikarenakan dilakukan oleh organisasi masyarakat maka memiliki kekurangan yaitu dana. Ya, terkadang pihak organisasi masyarakat yang bergerak dalam bidang tersebut memiliki sumber pendapatan yang hanya menggantungkan kepada pemberian masyarakat. Sehingga apabila organisasi masyarakat tersebut bisa melakukan kegiatan dalam memberikan ilmu pengetahuan dan memberikan sisi emosional kepada para anak yang putus sekolah hanya bisa jalan jika dananya ada.
Disinilah diperlukan sebuah peran dari dua pihak yaitu pihak masyarakat dan pihak pemerintah. Kedua pihak tersebut memiliki peran yang sama yaitu mendukung organisasi masyarakat tersebut dalam hal dana yang dibutuhkan. Untuk peran dari masyarakat dengan memberikan dana yang dimiliki karena sudah dipupuk oleh sisi empati saat masih kecil. Pemberian sisi empati saat masih kecil membuat regenerasi akan pemberian dana kepada organisasi tersebut tetap berjalan. Sedangkan untuk peran dari pemerintah memiliki tambahan selain memberikan dana hibah yang bersumber dari APBN. Dimana peran dari pemerintah yaitu membuat aturan sampai mengawasi dari kegiatan yang dilakukan oleh para organisasi masyarakat yang telah diberikan dananya. Sehingga dana yang diberikan dari masyarakat dan pemerintah benar-benar tetap sasaran.
Tentunya dengan adanya tulisan ini ada sebuah harapan kecil tetapi bersinar sangat terang. Dimana sinar tersebut tidak hanya berteori belaka saja tetapi benar-benar dapat direalisasikan. Ketika benar-benar sudah direalisasikan membuat para anak yang putus sekolah tersebut memiliki masa depan yang lebih baik. Hal tersebut karena sudah diberikan ilmu pengetahuan dan sisi emosional yang kokoh. Kedua hal tersebut akan menjadi sebuah pondasi yang kuat bagi sang anak dalam menghadapi tantangan sampai rintangan yang akan menerjang anak tersebut. Sehingga sang anak akan terus berusaha sampai dapat meraih kata sukses dalam kehidupannya. Serta membawa keturunannya ke arah yang lebih baik dari pada sebelumnya.
Semoga para pembaca mendapatkan sebuah informasi yang bermanfaat ketika sudah selesai membaca tulisan ini. Terima kasih sekali lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H