Mohon tunggu...
Bung Syam
Bung Syam Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Hidup adalah kenyataan, terima kenyataan, dan hadapi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ternyata Inilah Penyebab Utama Carut-Marutnya Wajah Bangsa Indonesia

11 Agustus 2016   11:40 Diperbarui: 11 Agustus 2016   12:00 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masyarakat  yang bersikap masa bodoh dan orang tua yang tidak peduli dengan pergaulan anak-anaknya merupakan produk dari pendidikan dari mulai tingkat dasar sampai perguruan tinggi yg diciptakan oleh pemerintah sendiri, dan memang arahnya persis sebagaimana wajah yang ditampilkan oleh masyarakat dan orang tua saat ini. Bisalah kalau cuma satu dua orang itu memang manusianya yang error (human error), tapi ini bersifat jama’ah telah menjangkiti seluruh elemen masyarakat bangsa Indonesia. Apa itu salah dari masyarakat dan orang tua, saya sebagai anggota masyarakat dan sebagai orang tua sangat tidak setuju dan tidak rela dijadikan kambing hitam oleh pemerintah.

Bukankah itu sebuah kebodohan dan sebuah ketidak adilan bisanya hanya menyalahkan masyarakat. Bukankah dia punya kuasa dan telah diberi mandat oleh rakyat untuk mengatur bangsa dan Negara, kenapa pemerintah yang isinya orang-orang pintar dan ahli dibidangnya “katanya” sampai tidak mengetahui dimana sumber masalah dan akar masalah yang menyebabkan rakyat dan bangsa ini begitu terpuruk mental, moral, dan spiritualnya.

Kalau sampai tidak mengetahui sumber masalah dan akar masalahnya mau gonta-ganti program dan gonta-ganti system ya akan tetap sama saja hasilnya. Kalau hanya mengejar kepadaian dan kepintaran mungkin itu bisa terjadi, namun untuk perbaikan moral dan mental nanti dulu, apalagi sampai pada tahap manusia seutuhnya ndak usah bermimpi deh...

Maka belajar dan bergurulah pada guru yang tepat agar ilmu yang dikuasai menjadi benar, kalau mau benar ilmu berdagang jangan berguru pada kepala Tata Usaha. Kalau berguru tentang kemanusiaan jangan berguru pada ahli filsafat apalagi seorang ahli keuangan dan dukun. Kalau belajar tentang tata Negara ya jangan berguru pada pak tani.

Kalau belajar ilmu kemanusiaan dan bagaimana ilmu menata manusia jangan berguru pada ahli hukum dan ahli kriminologi serta phisikologi. Belajar dan bergurulah pada guru yang tepat agar ilmu yang dimiliki menjadi benar. Hendak memperbaiki computer yang dikuasai ilmu menservis radio bagaimana akan ketemu, makanya ingat pepatah leluhur kita “sopo salah bakal seleh” maksudnya siapa yang salah berilmu tentang sesuatu sudah pasti akhirnya hanya akan menyerah.

Untuk itu kalau ingin berhasil dan sukses harus benar dulu ilmunya, hendak bikin kopi ya harus tahu ilmunya membikin kopi, karena ilmu merupakan kunci dari segala sesuatu. Setelah benar ilmunya harus benar dulu hidupnya, maka hidup perlu memiliki pedoman dan pegangan, oleh karena itu harus mengetahui bagaimana hidup yang benar itu.

Selanjutnya harus benar etikanya, kita sama-sama tahu setiap tempat dan keadaan pasti memiliki etika sendiri-sendiri, itu belum bicara tentang orang perorang. Dan ingat pula pepatah leluhur yang lain “becik ketitik, olo ketoro” kalau sesuatu itu baik dan benar pasti jelas keadaanya dan rasanya dan tentu akan dipilih (dititik), kalau jelek dan salah juga kelihatan dimana jelek dan salahnya (ya pastinya dibuang karena gak diperlukan).

Bagi orang-orang yang mengetahui dan memahami tentang kedudukan manusia, melihat pola kerja dan konsep berfikir pemerintah akan tertawa sendiri dan akan bergumam dalam hati “orang bodo kok dipamer-pamerkan apa sudah gak punya malu”. Apa tidak takut dengan resiko yang akan dipetik nantinya, sudah begitu masih bisa berbangga diri dasar … tidak tahu malu.

Sumber masalahnya adalah manusianya sendiri sudah terlanjur salah konsepnya tentang hidup dan kehidupan, ini ya gara-gara system pendidikan yang kurikulumnya tidak mengacu pada dasar-dasar kemanusiaan itu sendiri. Sehingga menghasilkan manusia-manusia yang berfikirnya dan cara bersikapnya seperti yang kita lihat bersama saat ini. Dan akar masalahnya yang membikin dan menancapkan ke dalam konsep berfikir rakyat dan bangsa ya pemerintah sendiri melalui system pendidikan yang telah diterapkan selama ini dengan kurikulumnya, yah seperti inilah hasilnya silahkan dipersaksikan dan silahkan dijadikan tontonan.

Kalau mau memperbaiki ya harus dibetulkan (dimurnikan) sumbernya dan dicabut akarnya, diganti yang benar dan tepat sesuai kebutuhan dasar dari manusia itu sendiri. Hasilnya kan yang menikmati manusia bukan binatang, ya yang menjadi acuan ya harus keilmuan yang berasal dari dasar-dasar kemanusiaan itu sendiri.

Masak belum tahu juga dasar-dasar tentang kemanusiaan, sudah terpampang dengan jelas dalam dasar Negara Indonesia dan disimbulkan melalui lambang Negara Garuda Pancasila. Itulah lima konsep mengenai kemanusiaan, dan bagi yang beragama Islam sudah disampaikan dalam satu konsep rukun Islam. Orang-orang Islam sudah seharusnya menjadi pelopor dan penggerak utama tentang kemanusiaan dan hidup yang berprikemanusiaan, bukan malah sebaliknya, lalu bagaimana memahami pelajaran yang disampaikan melalui rukun Islam.

Apa kurang tegas dan kurang jelas secara bahasa namanya saja rukun, dari kalimat rukun itu kan sudah menunjukkan sebuah penekanan tentang sesuatu yang harus dilakukan, bisa juga sesuatu yang harus diketahui dan dikuasai, bisa jadi sesuatu yang seharusnya dikelola dan dikembangkan. Lalu sesuatu itu apa saja kok harus dikelola dan dikembangkan sedemikian rupa agar manusia selamat dalam hal apapun. Wong makan saja kita pinginya selamat, jangan sampai tersedak, jangan sampai menimbulkan sakit perut dan menimbulkan keracunan dalam tubuh.

Lagi berjalan-jalan juga membutuhkan keselamatan hingga sampai tujuan, bergaul juga membutuhkan keselamatan selamat dari tekanan dan intimidasi dari kawan sepergaulan. Adakah yang tidak membutuhkan keselamatan ?, kuliah juga butuh selamat agar tidak drop out hingga sukses diwisuda. Baru berbicara saja butuh selamat selamat sampai ketelinga dan pikiran/hati orang yang diajak bicara.

Lalu hal apa saja yang dapat membuat kita manusia selamat dalam hal itu semua, makanya yg mengetahui panduan secara mutlak tentang panduan hidup dan kehidupan ya tentu yang memiliki pabrik kehidupan. Masak pabrik motor yang membuat kendaraannya, lalu yang membuat dan menerbitkan buku panduan tentang cara perawatan motor perusahaan percetakan undangan pernikah-an apa ya mungkin, apa itu yang akan kita percaya dan yakini, kalau begitu kita yang kebangetan bodoh dan tololnya. Itulah hakekat yang terkandung dalam rukun Islam atau rukun keselamatan, terkandung dalam lima komponen utama dalam diri ujud manusia.

Makanya belajarlah berfikir terbalik maksudnya jangan melihat rumah hanya dari pintu saja, jangan menilai seseorang dengan melihat namanya saja tp lihatlah apa yang ada dibalik nama/tulisan. Nama, tulisan, simbul, dan gambar itu hanyalah sekedar pintu masuk, jangan dikira ya pintu itulah rumah, cara berfikir dan pemahaman seperti inilah yang akhirnya menimbulkan perbedaan dan perpecahan antar manusia.

Apa dikira Tuhan itu tidak tahu dan tidak bisa membuat buku panduan, sehingga tidak mengeluarkan buku panduan kepada manusia bagaimana mengelola dirinya dan alam sekitarnya. Janganlah berfikir tentang Tuhan dan cara Tuhan dengan pikiran manusia yang masih dipenuhi dengan kehendak hawa nafsu. Ya berfikirlah dengan cara yang diinginkan oleh Tuhan, dengan begitulah baru akan ketemu apa yang sebenarnya dikehendaki oleh Tuhan terhadap diri kita manusia. Maka belajarlah berfikir dan kemudian melakukan sebuah tindakan itu didasari dengan pemahaman yang terkandung tiga hal ilmiah, alamiah, dan ilahiyah.

Ilmiah sebuah keilmuan yang telah diolah sedemikian rupa sehingga serasi, selaras, dan seimbang dengan kenyataan yang ada dalam diri dan diluar diri (ada kesinkronan). Alamiah sebuah amal perbuatan yang didasari keilmuan yang ilmiah dan menyatu dengan kodrat alam (ketentuan yang berlaku di alam) yaitu melalui sebuah proses yang alami. Ilahiyah sebuah pembuktian dari amaliah yang bersifat alamiah dan didasari ilmu yang bersifat ilmiah sehingga menghsilkan sesuatu (benda, keadaan, bentuk) yang mendamaikan, menyejukkan, merukunkan, membahagiakan, menyenangkan, dan menyelamatkan bagi diri, orang lain, dan alam sekitar.

Lalu apa saja dalam diri manusia yang harus diolah dengan ketiga pedoman tersebut agar manusia selamat dalam hal apapun. Yang harus diolah adalah Pertama dlohirnya (harus memiliki ketrampilan dan memiliki pedoman hidup yg jelas dalam berkarya mengolah keterampilan). Kedua  rohani-nya/bathiniyahnya atau hatinya agar terbebas dari segala penyakit hati dengan demikian jiwa akan tentram dan nyaman tinggal dan menyatu dengan raga.

Ketiga kehendaknya atau nuraninya sehingga hidup ini memiliki tujuan yg jelas dan pasti maksudnya dalam berbuat apapun seharusnya tahu dan memiliki tujuan sehingga focus pada apa yang dihadapi, tanpa begitu manusia tidak akan mampu menemukan tujuan yg hakiki dari hidupnya. Disinilah pentingnya berilmu dan berilmu menjadi wajib adanya, tanpa berilmu pasti manusia tidak akan tahu apa yang harus dikehendaki dan apa yang menjadi tujuannya.

Ke empat akal-budinya hanya dengan mengolah/mengelola akal-budilah ilmu menjadi bermanfaat dan bisa diilmiahkan, yah kalo jaman sekarang semacam teori yang sudah masuk laboratorium dan terbukti kebenaranya. Dengan akal-budilah manusia baru bisa mengerti hal-hal yg semestinya dilakukan dan tidak dilakukan. Akal itu berfikir sedang budi itu bergerak/bertindak, dari olah akal menghasilkan kecerdasan sedang dari olah budi menghasilkan pengalaman, penyatuan keduanya menimbulkan pengertian.

Dan yang ke lima mengelola daya ingat atau daya focus disini manusia diwajibkan menghasilkan sebuah karya/ide yang bersifat mandiri dan merdeka terutama karya yang berifat ke dalam diri sendiri (penemuan jatidiri) dan baru karya yang bersifat keluar atau untuk orang lain dan alam sekitarnya. Ingat akan hal apa dan siapa yg sesungguhnya wajib untuk selalu diingat, yang terpenting secara umum ingat akan segala kuwajiban yang sudah ada dan menjadi tanggungjawab kita. Tanggung = berani menanggung resiko, jawab = siap menjawab, bertanggungjawab ya harus berani menanggung resiko yg sudah disepakati dan siap menjawab segala persoalan yg muncul.

Itulah sekelumit wacana yang mungkin bisa dan dapat dijadikan sebuah renungan untuk mengenali dan mengembangkan kedirian kita sebagai manusia.

Salam damai dan sejahtera selalu amiin 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun