Mohon tunggu...
Bung Syam
Bung Syam Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Hidup adalah kenyataan, terima kenyataan, dan hadapi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apakah Kita Masih Seperti Dulu?

8 Agustus 2016   21:53 Diperbarui: 8 Agustus 2016   22:58 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perombakan, pergantian, pembaharuan, dan pemecatan itu suatu hal yang amat biasa dan lumprah-lumprah saja. Asal konteksnya jelas, transparan, dan tentu harus benar-benar credible menurut kedudukan dari pelakunya. Masak abang becak dengan bos becak kok sama perilakunya … kan gak lucu itulah suguhan yang dipertontonkan dihadapan kita bangsa Indonesia saat ini.

Kalau pelakunya si abang becak dan si sopir angkot atau kepala lembaga LSM yang baru berdiri seumur jagung itu mah … biasa, bila tiap beberapa saat gonta-ganti onderdil. Biasa selalu salah pilih onderdil, maunya sih sekali pilih langsung thok ceer hasilnya, kenyataannya tidak seperti yang diharapkanya. Abang becak sih … kenapa sok tahu dan sok pintar kan itu mubadzir namanya kalau seperti it uterus cara kerja dan cara berfikirmu, tahu diri dikit kenapa sih … apa gak malu buat omongan banyak orang.

Memilih orang yang tepat dan memilih barang yang tepat kayaknya memang beda, apa baru tahu dari sekarang, kenapa dari dulu tidak bertanya dan belajar katuranggane menungso. Katuranggane menungso atawa perwatakan manusia berdasar yang terbaca lewat bentuk fisik dan aura metafisik yang nampak pada seseorang, menjadi pegangan orang-orang dulu dalam menentukan pilihan terhadap orang-orang yang dapat dipercaya memegang kedudukan tertentu yang dipercayakan.

Benar itu (katuranggan) memang bukan kata kunci utama yang menentukan kualitas dari seseorang, namun itu akan berperan secara jangka panjang terhadap sikap dan perilaku yang ditunjukkan. Logikanya begini sama-sama kendaraan bermotor ada motor balap, motor niaga, motor angkutan, dan motor pribadi, sama manusia juga demikian halnya ada yang bakat alamnya berpetualang, ada yang bakatnya jadi juru taman, ada yang memiliki bakat memobilisasi masa, dan ada yang berbakat dasar sebagai pemimpin. Tentu amat berbeda yang memiliki bakat dari sononya dengan yang dibentuk sedimikian rupa agar serupa, tentu akan berbeda secara subtansinya itulah kodrat alam dan itulah ketentuan Tuhan yang diberlakukan terhadap masing-masing orang.

Itu salah siapa ? yang memilih pemimpin sebentar – sebentar mengganti stafnya, apa feelnya sudah mati suri sehingga tidak memiliki kemampuan membaca seseorng yang memiliki ketepatan dalam menempatkan seseorang pada posisi yang dikehendaki. Makanya sebelum memilih wakilmu dan pemimpinmu belajarlah dengan baik dan benar tentang kelayakan dan ketepatan manusia dalam menduduki posisi yang akan Anda inginkan. Baru liat orang suka naik ojek aja Anda sudah terkagum-kagum, kemudian langsung Anda pilih sebagai Bos Angkutan Umum, setelah kecelek baru tahu ternyata salah memilih orang, ya udah rasakan akibatnya.

Gelarnya saja saja sudah pada mentereng Sarjana, Magister, Doktor, Profesor, dan Tokoh Masyarakat nyatanya kok begitu, sebenarnya apa yang kita pelajari selama ini kok jadi bangsa bisa seperti ini. Saban hari hanya dipertontonkan dagelan dan banyolan panggung hiburan yang gak jelas thema dan agendanya, ini kumpulan apa sebenarnya isi dari bangsa ini. Bilangnya Negara berketuhanan, Negara beradab, Negara persatuan, Negara musyawarah mufakat dengan penuh hikmat kebijaksanaan, dan bilangnya Negara berkeadilan sosial, dimana itu semua. Dimana yang menunjukkan bahwa dirimu itu ber-Tuhan, dimana yang menunjukkan dirimu itu beradab, dimana yang menunjukkan dirimu itu perekat persatuan, dimana yang menunjukkan dirimu itu penuh hikmat dan bijaksana, dan dimana yang menunjukkan bahwa dirimu itu adil terhadap sesamamu.

Sungguh ternyata yang ada hanya kemunafikan, kekejaman terselubung, pengkhianatan terorganisir, penyimpangan terakomodir, dan penindasan sesama secara tersamar. Apa kau wahai manusia bangsa Indonesia tidak pernah ingat bahwa akhirnya kau mati juga, hingga berani berbuat seperti ini terhadap rakyat dan bangsamu sendiri.

Semoga yang berlaku dlolim dengan sesama, baik secara terang-terangan atau secara tersamar segera diberi kebebasan oleh Tuhan dari segala beban hidup di dunia Amiin .., Amiin … Amiin Ya Robbal ‘Aalamiin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun