Aksi ini biasanya dilakukan tidak sendiri tapi secara kolektif dengan menggalang massa. Contoh paling umum yang biasa kita temukan adalah menggalang massa (baca: ratusan akun palsu) untuk "me-report" sebuah konten sehingga berakibat pada konten tersebut dihapus dari platform media sosial. Begitu menyedihkan.Â
Padahal konten tersebut tidak bermuatan SARA namun hanya karena sang pembuat konten adalah seorang kompetitor unggulan, maka boikot adalah upaya untuk "mematikan" karyanya di media sosial.
- Apatisme / acuh tak acuh terhadap karya orang lain
Permasalahan apatisme atau acuh tak acuh sebetulnya adalah masalah etika yang tak bisa dilepas dari kebiasaan, pendidikan dan kebudayaan.Â
Negara-negara maju biasanya sudah melatih masyarakatnya sejak dini untuk memiliki budaya menghargai orang lain. Respek kepada sesama adalah hal terpenting dalam membangun relasi dengan sesama tanpa memandang golongan.Â
Sehingga masyarakat di negara maju tak akan segan atau merasa gengsi untuk memberikan kata-kata apresiasi terhadap sebuah karya atau konten yang dianggapnya bermutu dan bagus. Budaya ini tampaknya masih sulit untuk ditemukan di negara kita.
Kenapa harus menghargai karya atau konten orang lain?
- Setiap orang adalah ciptaan Tuhan.Â
Hal pertama yang harus dipahami sebagai alasan menghargai orang adalah semua manusia yang lahir di bumi merupakan ciptaan Tuhan. Oleh karenanya manusia yang memilki kedudukan sama di mata Tuhan sudah semestinya saling menghargai.Â
Plagiarisme, pembajakan, bullying dan pemboikotan terhadap karya atau konten orang lain adalah bentuk tidak adanya penghargaan kepada sesama sebagai makhluk yang sama di mata Tuhan.
- Kesadaran sosial bahwa manusia saling membutuhkan.Â
Asalan berikutnya adalah bahwa manusia adalah makhluk sosial, yang berarti bahwa setiap manusia tidak bisa hidup sendiri. Manusia saling membutuhkan, saling mencukupkan dan saling melengkapi.Â
Ketika kita dapat membangun ruang komunikasi dengan seorang pemilik konten/karya lainnya, di saat yang sama akan terjadi pertukaran wawasan dan ilmu; dengan demikian kita saling memperkaya satu sama lainnya.
Solusi  Etika Menghargai Karya / Konten Orang di Media SosialÂ