Mohon tunggu...
Sera Joanne
Sera Joanne Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Si Malang Reggae Dibilang Orang Penyebar Ganja

28 Februari 2016   18:29 Diperbarui: 28 Februari 2016   20:25 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ciri khas rambut gimbal yang ditemani kupluk berwarna merah berpadu dengan hijau dan kuning. Siapa yang tak kenal? Musik yang telah berkembang sejak tahun 60an ini telah mencuri hati banyak orang dengan ciri khasnya yang sangat unik. Musik reggae adalah sebuah aliran musik yang muncul dengan sendirinya sebagai bentuk adaptasi dari musik ska dan rocksteady. Musik jenis ini pertama kali berkembang di Jamaika dan dirintis oleh seorang tokoh yang bernama Bob Marley, sebagai bagian dari bentuk ungkapan dan ajakan untuk membawa perdamaian, keadilan, dan persatuan di Jamaika pada waktu itu.

Musik ini pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 80an dan langsung berkemang pesat. Hal ini ditandai dengan terbentuknya band- band bergenre reggae di Indonesia. Beberapa diantaranya yaitu Black Brothers Papua dan Black Company yang didirikan pada tahun 1986. Selain itu, ada juga Emergency Reggae Band pada tahun 1988, serta Ras Muhammad yang melakukan debut pada tahun 2007 silam.

Ketika musik reggae masuk ke Indonesia, musik ini langsung direspon dengan cepat oleh masyarakat. Sebagian menilai musik ini sebagai hal yang positif dan membawa perdamaian. Namun, ada juga beberapa opnum yang menilai musik ini sebagai hal yang negatif dan merusakkan generasi. Mengapa demikian? Apakah karena rambut gimbal dan gayanya yang urakan?

Jawabannya adalah tidak hanya karena gaya dan penampilannya saja, tapi juga karena adanya keterlibatan ganja dalam musik ini. Benarkah? Ya, salah satunya ialah Bob Marley, si legendaris asal Jamaika yang selalu menggunakan ganja sebelum memulai konsernya. Hal ini menyebabkan para penggemar fanatiknya ikut meniru perilaku negatif Bob Marley dan menjadikannya ‘trend’ pada masa itu. Akibatnya, angka kecanduan semakin meningkat ketika tahun 2000an. Berdasarkan data dari World Drug Report, angka penyalahgunaan narkoba pada tahun 2000 sekitar 180 juta dan meningkat menjadi 185 juta pada tahun 2002. Dimana rata- rata pengguna obat- obatan tersebut berusia di antara 15- 64 tahun. Sedangkan pada masa itu adalah masa dimana Bob Marley sedang naik daun setelah kepulangannya kepada Sang Pencipta di usianya yang ke 36 tahun.

Nah, tetapi janganlah berpikiran negatif dulu mengenai musik reggae, karena penggunaan ganja oleh beberapa bintang reggae ini bukan hanya sekedar  untuk bersenang- senang. Malah, ternyata kehidupan mereka itu bukan seperti yang kita pikirkan selama ini, seperti kehidupan malam, kebebasan melakukan segala sesuatu, gaya jagoan, dan lainnya. Melainkan, kehidupan para bintang itu sebenarnya merupakan kehidupan yang sangat teratur, selalu menjaga kesehatan, dan berperilaku sesuai dengan hukum.

Lantas, adakah penjelasan mengenai gaya urakan, rambut gimbal, dan terlebih lagi keterlibatan ganja? Tentu ada. Faktanya, hingga saat ini banyak orang yang tidak mengetahui bahwa sebenarnya musik reggae diciptakan dengan salah satu tujuan untuk mempopulerkan gaya hidup kaum rastafari. Mungkin para pembaca sedikit terbingung- bingung karena hal ini saya sebut positif. Namun, gaya hidup rastafarian itu memang dapat membawa dampak yang sangat positif bagi masyarakat, karena gaya hidup ini sangat mengutamakan keadilan, kedamaian, dan juga persatuan. Dalam gaya hidup ini, terdapat kebiasaaan untuk tidak menyisir dan memangkas rambut, serta bergaya urakan. Hal ini merupakan simbol kesederhanan, yang merupakan salah satu nilai yang dianut oleh para rastafarian. Sehingga akhirnya, rambut para rastafarian ini menjadi gimbal. Kemudian, soal keterlibatan gaja dalam gaya hidup ini merupakan bagian dari tradisi yang dilakukan oleh para rastafarian. Para kaum rastafarian percaya bahwa penggunaan ganja dapat menjernihkan pikiran dan membuat mereka semakin dekat terhadap Jah (Tuhan mereka)

Setelah mendengar hal ini, mungkin ada beberapa orang yang menilai reggae sebagai hal yang sesat atau negatif. Namun, jangan berpikiran pendek dulu.. Karena, segala hal di dunia ini pasti mengandung hal positif dan negatif yang harus kita saring terlebih dahulu selaku manusia yang memiliki hikmat dan akal budi.

Lewat lirik- lirik yang terdapat dalam musik reggae dapat disampaikan pesan kepada masyarakat yang mengandung nilai persatuan, keadilan, kedamaian, dan kekeluargaan yang sangat seuai dengan nilai- nilai pancasila. Selain itu, lewat musik regaae dapat juga disebarkan gaya hidup yang sehat dan teratur kepada muda- mudi di Indonesia. Lewat musik reggae ini, juga lahir berbagai karya anak bangsa yang mendunia. Salah satu contohnya adalah Steven and Coconut Treez yang sangat terkenal dengan lagunya yang berjudul “Welcome to My Paradise”

Selain itu, penggunaan ganja sebenarnya bukan diperuntukan bagi para penyanyi reggae, melainkan penggunaan ganja diperuntukkan bagi para penganut rastafari.  Karena itu tidak semua musisi reggae menggunakan ganja dalam konsernya. Jadi, jika anda adalah orang beragama dan bukanlah penganut rastafari, anda tidak perlu menggunakan ganja bukan? Karena tidak semua reggae adalah rastafari dan tak semua rastafari adalah reggae. Maka dari itu, janganlah berpikir pendek.

Untuk itu, maka solusi yang paling tepat untuk persoalan musik reggae ini adalah dengan mencari penyebab sesungguhnya peningkatan penggunaan ganja. Memang betul, penggunaan ganja meningkat ketika masa ketenaran Bob Marley yang dibuktikan dengan munculnya ketenaran akan dreadlock dan kupluk khas reggae pada waktu yang sama. Namun, sebenarnya ketenaran ganja ini bukan karena musik reggae yang dibawakan oleh para vokalis. Melainkan, hal ini disebabkan oleh pola pikir masyarakat itu sendiri yang dapat dibilang pendek dan tidak dapat  mencerna dengan baik hal- hal dari luar. Akibatnya, lahirlah penggemar fanatik yang menirukan setiap perilaku dan tindakan Bob  Marley dan beberapa penyanyi lainnya. Sehingga, muncullah peningkatan akan penggunaan ganja pada tahun tersebut.

Masyarakat menganggap penggunaan narkoba sebagai trend, tanpa tahu tujuan para penyanyi itu menggunakannya. Pantas saja jika para penyanyi itu mngunakannya, karena mereka memang menganut paham Rastafarian, dan hal yang sedang mereka lakukan adalah hal yang benar menurut pandangan mereka sendiri. Dan jika kita pintar dalam mencerna sesuatu, maka pastilah kita tidak akan terjerumus dalam penggunaan ganja sekalipun kita menyukai aliran musik reggae ini.

Selain menyadarkan masyarakat agar memiliki pandangan yang luas mengenai musik reggae, kita juga dapat menghilangkan pemakaian ganja dalam musik reggae ini. Contohnya adalah Tony Q, salah satu musisi yang menggeluti musik reggae. Tony mengaku telah cukup berpengalaman dalam dunia reggae dan mengaku bahwa dirinya tidak mengonsumsi ganja, karena ia sadar akan makna terdalam dari music reggae. Yaitu buka soal kesenangan dan kebebasan yang tak terbatas, namun soal karya seni yang didalamnya terdapat banyak nilai- nilai kehidupan.

Oleh karena itu, jangan pernah menyalahkan reggae sebagai penyebab maraknya ganja, tetapi salahkanlah pola pikir masyarakat yang tidak bia berpikir secara luas. Karena jika dipikir menggunakan logika dan nalar kita, maka kita tidak bisa menjadikan reggae sebagai alasan untuk mengonsumsi ganja. Selain itu, marilah kita mencoba untuk berpikiran panjang dan terbuka terhadap budaya asing.

Namun , kita tetap harus memilah- milah hal yang positif dan negatif dari budaya tersebut. Hal yang positif marilah kita ambil dan terapkan, sedangkan yang negatif marilah kita buang jauh- jauh. Maka dari itu, mari kita terus mendukung musik reggae untuk terus eksis dalam industri musik Indonesia. Karena dari musik reggae ini, akan lahir banyak bintang dan karya yang dapat mendunia dan mengharumkan nama bangsa Indonesia. 

 

 

 

*Saya juga mohon maaf bila ada keslahan dalam penulisan atau bila ada kata- kata yang menyinggung perasaan anda, mengingat saya hanyalah pemula di kompasiana ini. Terima kasih atas pengertiannya :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun