Mohon tunggu...
Serafina Tara Amanthatya
Serafina Tara Amanthatya Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa Teknologi Pangan Universitas Diponegoro

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Penanganan Pasca Panen Singkong supaya Tidak Mudah Rusak

19 Desember 2023   03:08 Diperbarui: 19 Desember 2023   03:51 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Singkong merupakan salah satu hasil dari sektor pertanian yang mengandung karbohidrat dan gizi yang tinggi sehingga banyak dikonsumsi dan digemari oleh masyarakat Indonesia. Komponen air pada singkong sangat besar sehingga singkong memiliki karakteristik yang mudah rusak dalam jangka waktu kira-kira dua sampai lima hari setelah panen. Singkong setelah dipanen, mudah rusak secara fisiologis maupun mikrobiologis sehingga masa simpan nya tidak lama. Proses kerusakan dapat terjadi pada saat distribusi, penyimpanan hingga sampai di tangan konsumen. Kerusakan tersebut tentu akan menyebabkan kerugian pasca panen tanaman singkong karena singkong yang didapat sudah kurang baik kualitasnya. Artikel ini disusun dengan tujuan untuk memberikan informasi tentang penyebab terjadinya kerusakan singkong setelah dipanen serta bagaimana cara penanganan pasca panen singkong supaya singkong tidak mudah rusak.

Penanganan dan pengolahan pascapanen yang tepat sangat diperlukan untuk mengurangi tingkat kehilangan hasil pertanian, mencegah kerusakan hasil panen, serta memperpanjang lama simpan hasil panen. Kerusakan singkong sering terjadi saat sebelum diangkut ke pasar, di pengepul atau di pasar sebelum terjual. Salah satu faktor yang menyebabkan kerusakan singkong setelah panen yaitu terjadinya kerusakan mekanis selama pemanenan. Hal ini terjadi karena cara panen singkong yang umumnya dilakukan dengan mencabut pemotongan yang kurang hati-hati sehingga sebagian umbi dapat patah dan tertinggal di dalam tanah.

Kerusakan mekanis pada singkong dapat dihindari dengan pemanenan singkong pada waktu yang tepat yaitu 8-12 bulan untuk meminimalkan kerusakan yang dapat terjadi pada singkong. Pemanenan yang terlalu awal menyebabkan rendahnya kandungan pati pada singkong. Panen yang terlambat mengakibatkan kadar seratnya tinggi dan kadar pati menurun. Selain itu, diperlukan teknik panen yang tepat, mengetahui cara menggunakan alat dengan tepat serta alat yang digunakan harus sesuai sehingga tidak banyak singkong yang rusak akibat terpotong sebab singkong yang terpotong akan cepat membusuk jika tidak segera diolah. Proses panen harus dilakukan dengan hati-hati supaya mencegah adanya benturan-benturan pada singkong, seperti benturan dengan tanah, dengan alat yang digunakan, atau benturan antar komoditi sehingga singkong tetap utuh dan tidak patah sebab dapat menyebabkan singkong menjadi mudah mengalami kerusakan.

Kerusakan singkong juga dapat disebabkan oleh penumpukan hasil panen singkong. Hal yang dapat dilakukan untuk mencegah masalah tersebut yaitu mengatur jadwal panen singkong. Selain itu dapat dilakukan penanganan terhadap singkong segar yang sifatnya sementara seperti dengan perlakuan fungisida dan kemasan plastik yang dilakukan tidak lebih dari 3 jam setelah pemanenan pada umbi yang baik atau hanya terdapat sedikit luka, dapat pula menggunakan kotak kayu berisi serbuk gergaji. Modifikasi kondisi lingkungan dalam kondisi optimal dapat mengurangi kerusakan pascapanen dan membuat singkong disimpan lebih lama. Kondisi optimal untuk penyimpanan singkong adalah pada suhu 26.5-29.3C (80-85F) dengan kelembaban relatif (RH) 90-95%. Penyimpanan yang dapat dilakukan untuk menyimpan singkong setelah panen yaitu penyimpanan di dalam kotak kayu yang dilapisi serbuk kayu lembab. Suhu dan kelembaban pada kotak kayu sesuai dengan kondisi optimum untuk penyimpanan singkong. Pada kondisi ini, aktivitas fisiologis penyebab kerusakan berjalan lebih lambat sehingga masa simpan singkong dapat lebih lama.

Alternatif lain yang dapat dilakukan untuk mengurangi kerusakan singkong yaitu singkong diolah menjadi bentuk lain yang lebih awet seperti tape dan gaplek. Singkong dapat diolah menjadi tape melalui proses fermentasi atau menggunakan ragi tape. Gaplek merupakan produk singkong yang diolah dengan cara pengeringan. Gaplek dapat diolah menjadi tepung atau menjadi produk baru. Pengolahan singkong menjadi bentuk yang lain dapat mengurangi singkong yang terbuang akibat rusak serta dapat memberikan nilai tambah pada produk pertanian.

Singkong merupakan bahan pangan yang mudah rusak karena komponen terbesarnya adalah air. Perlu dilakukan penanganan pasca panen singkong untuk mengurangi kerusakan singkong. Penanganan yang dapat dilakukan antara lain pemanenan singkong pada waktu yang tepat, memahami teknik panen singkong dan menggunakan alat panen yang tepat, mengatur jadwal panen singkong, perlakuan fungisida dan kemasan plastik pada singkong, penyimpanan singkong menggunakan kotak kayu yang dilapisi serbuk kayu lembab, serta mengolah singkong menjadi menjadi bentuk lain yang lebih awet. Upaya-upaya penanganan ini disarankan untuk dilakukan supaya dapat meminimalkan kerusakan yang dapat terjadi pada singkong setelah dipanen.

Referensi:

Heldiyanti, R., Sutrisno, N. Khumaida, dan E. Darmawati. 2020. Kerusakan pascapanen pada ubi kayu hasil pemuliaan selama penyimpanan. J. Agrotek Tropika. 8(2) : 225-234.

Sagala, E. dan Suwarto. 2017. Manajemen panen dan pasca panen ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) untuk bahan baku industri tapioka di Lampung.  J. Buletin Agrohorti. 5(3) : 400 – 409.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun