setelah sekian lama menjadi silent reader, peristiwa beberapa mantan teman Ahok mengadakan konfrensi pers menggugah saya untuk menulis kembali karena saking gemasnya. Saya gemas bukan karena saya menyerahkan ktp saya untuk Ahok (KTP saya bukan KTP DKI) tapi karena saya melihat hal yang, bagi saya, cukup aneh. Peristiwa hari ini benar-benar dijadikan amunisi yang kelihatannya "ampuh" oleh "Ahok haters" untuk membunuh teman Ahok yang baru saja merayakan terkumpulnya 1 juta KTP untuk mendukung Ahok. kata ampuh di atas memang saya sengaja beri tanda kutip dan ada kata 'kelihatannya' di depan kata ampuh tersebut karena pada kenyataannya amunisi ini hanya kelihatannya saja ampuh namun sebenarnya keampuhannya hanyalah sebuah fatamorgana karena ada yang aneh menurut logika (setidaknya menurut saya). Sebaliknya, peristiwa hari ini justru membuktikan bahwa Teman Ahok telah bekerja secara profesional.
Peristiwa hari ini dimulai di mana ada beberapa mantan teman Ahok mengadakan konfrensi pers di sebuah cafe (ini juga cukup janggal, kan)
Dari berita yang saya baca, saya menyimpulkan bahwa:
1. Para mantan TA tersebut mengakui telah melakukan kecurangan dengan cara mengumpulkan KTP yang sama.
Mereka mengakui dengan jujur bahwa mereka telah melakukan kecurangan tetapi uniknya Teman Ahoklah yang menjadi sasaran tembak atas kecurangan mereka. Ini aneh. Saya mencoba membaca di beberapa media online tentang kasus ini dan setidaknya hingga artikel ini ditulis, tidak ada satu pun dari mantan teman Ahok ini yang mengatakan bahwa kecurangan mereka adalah perintah dari Teman Ahok dan terjadi secara sistematis. Dengan demikian, kecurangan ini adalah inisiatif mereka sendiri demi mencari rejeki.
Kecurangan mereka mengingatkan saya akan peristiwa yang dialami oleh keluarga saya. Bertahun-tahun yang lalu, keluarga kami membuka tabungan pendidikan melalui sales sebuah Bank yang berkeliling dari rumah ke rumah. Setelah 2-3 bulan menabung, keluarga kami mengendus adanya kejanggalan. Buku tabungan pendidikan yang kami buka tidak diberikan oleh sales tersebut kepada kami. melihat gelagat tidak baik, kami mengkonfrontir si sales, dan akhirnya dia mengaku bahwa dia membuka dua rekening tabungan pendidikan atas nama saya dan jumlah uang yang keluarga kami setorkan setiap bulannya, dia bagi dua ke rekening tersebut. Dia melakukan hal tersebut karena dia dikejar target oleh atasannya. Sales tersebut telah berbuat curang, keluarga kami mengancam akan melaporkan hal ini ke atasannya jikalau dia tidak menyatukan kedua rekening tersebut. Saya tidak serta merta menuduh bank melakukan kecurangan sistematis tetapi salesnyalah yang bertanggung jawab karena telah melakukan kecurangan.Â
Uniknya dalam peristiwa teman Ahok, yang di"bully" oleh Ahok haters adalah Teman Ahok bukannya mantan Teman Ahok yang terang-terangan telah melakukan tindakan tidak terpuji. Justru sistem Teman Ahok berjalan dengan baik karena mereka mendapat surat peringatan bahkan permintaan untuk tidak mengumpulkan KTP untuk Ahok lagi. So, buat saya kredit seharusnya diberikan kepada Teman Ahok yang berhasil menemukan kecurangan ini karena jika ini tidak ditemukan bisa jadi si mantan teman Ahok ini masih berstatus Teman Ahok dan menikmati uang hasil kecurangan mereka.
2. Mantan Teman Ahok mengakui bahwa bisa jadi ada KTP ganda yang lolos seleksi di teman Ahok.
Saya mengutip pernyataan mereka yang ditulis oleh kompas.com
"PJ lainnya, Paulus Romindo, mengatakan bahwa kecurangan ini hanya diketahui internal PJ.
Ia mengaku tidak tahu persis proses selanjutnya sehingga tidak bisa memastikan apakah ada atau tidak data KTP ganda dalam 1 juta data KTP dukungan yang telah dikumpulkan Teman Ahok tersebut.
"Kalau dipastikan 100 persen, saya tidak tahu. Namun, jika dikatakan ada yang lolos, pasti ada (data KTP ganda) yang lolos. Buktinya saya setor, dan tetap terima. Kalau reject, pasti dibalikin," kata Paulus."
DAri pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa Bpk. Paulus Romindo sesungguhnya tidak mengetahui dengan pasti apakah KTP ganda tersebut lolos atau tidak. Dia hanya menduga berdasarkan ada atau tidaknya reject dari teman ahok. Tapi dari argumentasi nomor 1 di atas, kita telah mengetahui bahwa kecurangan mereka pada akhirnya terbongkar.
Tapi mari kita berandai-andai, seandainya pun ada yang lolos, apakah jumlah yang lolos tersebut cukup signifikan? bagi Ahok Haters jawabannya adalah ya. Nila setitik rusak susu sebelanga. Karena ada pengakuan ini, itu membuat pengumpulan KTP yang jumlahnya mencapai sejuta itu menjadi tidak valid. Buat saya itu asumsi yang terlalu berlebihan karena masih harus dibuktikan. Kalau dianalogikan dengan pengalaman saya dengan tabungan pendidikan di atas, hanya karena saya menemukan ada salesnya yang berbuat curang bukan berarti seluruh tabungan di bank tersebut adalah hasil perbuatan curang.Â
Masih ada beberapa keanehan yang mungkin kalau waktunya memungkinkan akan saya lanjutkan di artikel berikutnya. Tapi sesungguhnya yang membuat saya penasaran adalah siapakah yang menjadi aktor di belakang ini semua? ..............Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H