Mohon tunggu...
serafim gracia
serafim gracia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

Seorang mahasiswi Ilmu Komunikasi di Universitas Airlangga Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Museum Etnografi FISIP Unair: Semakin "Dekat" dengan Kematian

3 Juni 2024   20:07 Diperbarui: 3 Juni 2024   20:14 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Semua siklus kehidupan makhluk hidup pasti berakhir pada kematian. Kematian adalah sebuah proses yang mau tidak mau harus dilalui oleh manusia. Namun, apa yang akan terjadi pada raga kita setelah kita meninggalkan dunia ini? Terdapat kisah-kisah menarik dan misterius terkait dengan kematian dan hal ini dapat kita temui di dalam Museum Etnografi dan Pusat Kajian Kematian. Museum yang didirikan pada tahun 2005 ini menampilkan keberagaman budaya dan tradisi kematian yang ada di Indonesia. Melalui wawancara dengan salah satu penjaga di museum tersebut, Hanif Setiawan pada Kamis (7/3/2024), kita akan menggali lebih dalam mengenai koleksi-koleksi tulang dan tradisi kematian, serta mengungkap cerita-cerita mistis yang pernah terjadi di dalam museum tersebut.

Museum yang terletak di Gedung B FISIP Universitas Airlangga ini memiliki banyak koleksi tulang manusia yang dipamerkan. Tulang yang dipajang sudah melewati proses pengawetan sehingga tidak mudah terurai. Hanif menjelaskan tulang-tulang tersebut kebanyakan merupakan tulang asli yang diperoleh dari pihak forensik kepolisian, yang mana sering kali terkait dengan kasus pembunuhan, bunuh diri, maupun kecelakaan tragis. Tulang-tulang ini memiliki kisahnya sendiri, menceritakan kisah kehidupan dan kematian dari jiwa yang pernah menghuninya. Tidak hanya tulang manusia saja yang disorot, tetapi museum ini juga mengulas berbagai tradisi dan budaya terkait kematian dari berbagai suku di Indonesia. "Kita juga membahas mengenai berbagai tradisi maupun budaya kematian dari berbagai suku di Indonesia. Contohnya kita punya dari Toraja mengenai ritual Ma'nene. Ada juga kuburan di Trunyan, Bali," jelas Hanif.

Salah satu kisah tulang yang membekas menurut Hanif adalah tulang yang didapat dari kecelakaan pesawat. "Waktu itu kalau ga salah ada kejadian kecelakaan pesawat kan. Nah, itu ada salah satu tulang (yang) dikira tulang bayi. Tapi, waktu dicek, tulangnya tuh ada taringnya, masa bayi punya taring. Jadi, kita berkesimpulan bahwa itu bukan tulang manusia, bukan tulang bayi manusia, melainkan itu tulang monyet. Waktu itu kalau ga salah kejadiannya di pegunungan atau di hutan, jadi kemungkinan ya mereka (monyet) terkena atau tertiban (pesawat yang jatuh)," ujarnya.

Di balik koleksi yang menarik, Museum Etnografi juga menjadi saksi bisu dari kejadian-kejadian aneh yang terjadi di dalamnya. "Ada beberapa cerita ketika teman lagi nonton film horror, tiba-tiba ada tulang yang jatuh padahal posisinya selama ini stabil," cerita Hanif. Ada juga cerita kursi yang berputar sendiri tanpa alasan yang jelas. Hanif sendiri percaya dengan adanya "sosok lain". Ia menyadari bahwa kita hidup berdampingan dengan makhluk tersebut dan berpesan betapa pentingnya menjaga sikap dan saling menghormati.

Tidak hanya itu, Museum Etnografi dan Pusat Kajian Kematian juga diyakini oleh sebagian orang sebagai tempat yang dihuni oleh "penunggu". Hanif menjelaskan bahwa memang benar adanya sosok penunggu ini, bahkan bisa terbilang banyak. Penunggu paling lama di museum ini adalah dua sosok anak laki-laki kecil yang disebut sebagai Upin dan Ipin. Sosok ini kerap kali jahil dan tertangkap masuk ke dalam foto pengunjung, bahkan ada pengunjung yang pernah "dicolek" oleh sosok ini. Terlepas dari cerita misterius tersebut, Hanif berharap pengunjung dapat merasakan nilai edukatif dari kunjungan mereka ke museum ini. "Aku harap pengunjung selalu rame sih setiap hari dan aku harap juga, ketika kunjungan mereka ke sini tuh mereka mendapatkan ilmu yang baru dan itu dapat disebarkan ke teman-temannya sehingga (teman-temannya) bisa datang juga ke sini." tutupnya.

Museum Etnografi dan Pusat Kajian Kematian menyimpan berbagai cerita dan sejarah yang menjadi daya tariknya sendiri. Museum ini dapat menjadi media edukasi dan rekreasi yang berkesan bagi para pengunjung yang ingin melihat sisi lain dari kematian. Melalui koleksi-koleksinya, museum ini tidak hanya mengajarkan tentang sejarah kematian, tetapi juga menginspirasi para pengunjung untuk lebih menghargai dan memahami nilai-nilai budaya yang beragam, khususnya di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun