Menjadi mahasiswa tingkat akhir yang sudah mulai menyusun skripsi dan ditambah kewajiban untuk mengikuti KKN merupakan kombo spesial. Ditambah lagi pada saat pemilihan lokasi KKN, lokasi incaranku sudah diambil duluan oleh temanku, sehingga aku harus memilih lainnya. Duh bakal berat deh kayaknya...
Saat pertemuan kelompok KKN diadakan pertama kali, kami semua saling menilai satu sama lain. Sekilas aku menilai kelompok kami memiliki anggota yang menyenangkan. Hal itu cukup melegakan bagiku.Â
Hal yang terpikirkan oleh otak kecil ini hanyalah melakukan kewajiban KKN, menyelesaikan skripsi, dan lulus tepat waktu sesuai harapan. Tidak ada hal lain yang ingin kulakukan dan kuharap tidak ada hal yang menjadi penghalang bagi rencanaku.
Namun, namanya juga takdir tidak ada yang tahu kapan datangnya. Manusia hanya bisa berencana saja..
Hari pertama KKN berjalan dengan lancar. Aku cukup bersyukur mendapatkan lokasi yang sama dengan satu orang teman yang kukenal. By the way, temanku ini laki-laki ya. Tidak, tidak.. ini bukan tentang aku dan teman laki-laki ku ini. Kami hanya berteman saja.Â
Kisah ini tentang aku dan seorang mahasiswa Fakultas Teknik di KKN...
(DISCLAIMER) Selama berkuliah, aku tidak berharap mendapatkan jodoh atau mencoba untuk berpacaran. Bahkan aku memiliki pikiran untuk tidak menikah dan hidup melajang saja. Jadi, aku tidak pernah berusaha untuk mencari cinta ataupun mencoba menarik perhatian lawan jenis. Bagiku, tertarik pada lawan jenis hanya untuk penyemangat saat berkuliah saja bukan hal yang perlu diseriusin.
Back to the main topic, dari awal pertemuan aku dan lelaki ini cukup sering berinteraksi namun masih tergolong normal. Kami tidak pernah berduaan karena aku selalu bersama temanku. Dari awal pun kami tidak menunjukkan ketertarikan satu sama lain.
Pada hari kedua KKN, kelompok kami hendak melakukan survey desa. Kami memutuskan untuk naik motor beriringan. Aku yang malas membawa motor sendiri hendak menumpang pada temanku, seperti biasa. Namun, tiba-tiba lelaki ini dengan semangat berkata, "lu sama gw aja" okey.. baiklah. Oh iya, lelaki ini bernama William.
Hari demi hari kami lalui dengan berbagai program kerja yang harus diselesaikan. Drama KKN tidak luput dari kehidupan bersama kami. Namun, semuanya tetap berjalan seperti biasanya. Hal yang aku perhatikan adalah lelaki ini suka memberikan perhatian-perhatian kecil kepadaku sepeti memberikan botol minum yang sudah dibuka tutupnya saat aku selesai makan, hingga menukar piring nasiku yang sudah dingin dengan nasi yang masih hangat. Saat evaluasi malam dilakukan, tak jarang dia memilih untuk duduk disampingku.
Beberapa kali aku memiliki masalah dan tidak tau harus berbagi dengan siapa hingga akhirnya aku menangis, dia yang menenangkanku dan mau mendengarkan semua keluh kesahku. Bahkan saat aku terjatuh, dengan sigap dia membantu membopong tubuhku dan membersihkan lukaku. Setelah dipikir-pikir, setiap kejadian penting yang aku alami di KKN, selalu ada dia didekatku.
Intensitas kedekatanku dengan William semakin bertambah. Hampir setiap hari dia selalu memintaku untuk membangunkannya, lalu kami berdua akan keluar untuk mencari sarapan bersama. Tak jarang pula dia memintaku untuk menemaninya ke pasar berbelanja kebutuhan dapur. Kami sering menghabiskan waktu bersama seperti memasak, bahkan piket bersama. Aduhh benar-benar seperti simulasi rumah tangga ya...
Saat itu aku hanya menganggap dia adalah orang yang friendly saja. Aku benar-benar tidak ada firasat bahwa dia sedang mendekatiku. Jadi, aku juga bersikap ramah kepadanya. Hingga suatu hari temanku berkata kepadaku bahwa William sedang mencoba untuk mendekatiku.
Aku tidak tau harus merespon seperti apa, namun aku tidak ingin langsung percaya dan mencoba untuk bersikap sewajarnya. Ini adalah combo yang cukup menjebak, anak Teknik yang friendly. Wow bukan? ditambah dengan konten tentang banyaknya korban dari anak Teknik yang membangkitkan overthinking tidak ada habisnya. Hahaha jujur saja aku cukup was-was dengan itu karena sudah menjadi rahasia umum mahasiswa teknik menjadi incaran banyak perempuan dan tidak sedikit juga yang suka memainkan hati perempuan. Terlalu lebay tapi itulah yang aku simpulkan dari konten yang sering aku tonton dan sering terjadi di lingkungan kampusku. Tapi yasudahlah kita jalani saja. Paling juga selesai KKN nanti semuanya akan kembali seperti semula, pikirku.
Hari demi hari berlalu, tak terasa program kerja kami sudah selesai. KKN sudah hampir berakhir. Aku mengira kedekatanku dan William juga akan berakhir, namun aku salah.
Suatu malam, seperti biasa saat kami sudah kembali pada kamar masing-masing, kami akan berkomunikasi melalui chat. Kami bercerita banyak hal hingga pada satu momen, dia menyatakan perasaannya kepadaku.
Perasaanku campur aduk. Disatu sisi, aku tidak memungkiri bahwa aku nyaman dengannya. Aku tidak menyangka bahwa aku akan merasakan kembali butterfly effect yang sudah lama sekali tidak aku rasakan. Hal ini datang secara tiba-tiba disaat aku tidak mencarinya. Namun, ada beberapa keraguan yang belum bisa aku selesaikan sehingga membuatku menahan diri. Aku meminta waktu untuk mencerna semuanya hingga keraguanku bisa hilang sepenuhnya dan aku siap untuk menjalin hubungan dengannya.
Setelah KKN selesai, masa pendekatan kami masih berlanjut hingga beberapa bulan kedepan. Perasaan nyaman dan sayang terus tumbuh tanpa bisa kucegah. Dia memperlakukanku dengan sangat baik. Kami bercanda layaknya sahabat, saling bercerita layaknya saudara, dan saling memberi perhatian layaknya muda mudi yang sedang jatuh cinta. Keraguan yang aku rasakan diawal perlahan terhapus karena melihat usahanya dalam meyakinkanku. Disaat waktu yang dirasa tepat, lelaki ini menyatakan perasaannya untuk kedua kalinya dan mengajakku untuk menjalin hubungan serius, tentu saja aku menerimanya.Â
Aku tidak menyangka aku bisa merasakan hal baru saat KKN. Tidak pernah ada skenario yang kubayangkan bisa terlibat dalam cinta lokasi saat KKN seperti cerita banyak orang. Hal yang asing namun terasa sangat menyenangkan. Hubungan kami berjalan lancar hingga saat ini sudah satu tahun kami menjalin hubungan secara resmi, aku selalu bersyukur sudah memilih lokasi KKN tersebut. Kalau saja saat itu aku memilih lokasi KKN yang aku incar, mungkin aku tidak bertemu dengan William. Ahh sepertinya aku harus berterima kasih kepada temanku yang sudah memilih lokasi incaranku hahaha...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H