Mohon tunggu...
Bahasa Artikel Utama

Membaca Permulaan Pentingkah?

22 April 2015   09:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:48 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Artikel Membaca Permulaan

Sera Kania Sari , Ginanjar adi Wibowo

PGMI IAIN Salatiga

Membaca permulaan dalam pengertian ini adalah membaca permulaan dalam teori keterampilan, maksudnya menekankan pada proses penyandian membaca secara mekanikal. Membaca permulaan yang menjadi acuan adalah membaca merupakan proses recoding dan decoding. Membaca merupakan suatu proses yang bersifat fisik dan psikologis. Proses yang bersifat fisik berupa kegiatan yang mengamati tulisan secara visual. Dengan indera visual, pembaca mengenali dan membedakan gambar-gambar bunyi serta kombinasinya. Melalui proses recoding,pembaca mengasosiasikan gambar-gambar bunyi beserta kombinasinya itu dengan bunyi-bunyinya. Dengan proses tersebut, rangkaian tulisan yang dibacanya menjelma menjadi rangkaian bunyi bahasa dalam kombinasi kata, kelompok kata, dan kalimat yang bermakna.

Menurut La Barge dan Samuels proses membaca permulaan melibatkan tiga komponen yaitu visual memory, phonological memory dan semantic memory. Pada tingkat visual memory huruf, kata dan kalimat terlihat sebagai lambang grafis, sedangkan pada tingkat phonological memory terjadi proses pembunyian lambang. Lambang tersebut juga dalam bentuk kata dan kalimat. Pada proses tingkat ini bersumber dari visual memory dan phonological memory. Akhirnya pada tingkat semantic memory terjadi proses pemahaman terhadap kata dan kalimat.

Selanjutnya dikemukakan bahwa untuk memperoleh kemampuan membaca diperlukan tiga syarat, yaitu kemampuan membunyikan lambanng-lambang tulis, penguasaan kosa kata untuk memberikan arti, dan memasukan makna dalam kemahiran bahasa. Pada tingkatan membaca permulaan, pembaca belum memiliki kemampuan membaca yang sesungguhnya, tetapi masih dalam tahap belajar untuk memperoleh keterampilan atau kemampuan membaca.

Metode Membaca Permulaan

1.Metode Eja

Metode eja adalah belajar membaca yang dimulai dari mengeja huruf demi huruf. Pendekatan yang dipakai dalam metode eja adalah pendekatan harfiah. Siswa mulai diperkenalkan dengan lambang-lambang huruf. Pembelajaran metode eja terdiri dari pengenalan huruf atau abjad A sampai Z dan pengenalan huruf atau fonem.

Pembelajaran membaca permulaan dengan metode ini memulai pengajarannya dengan memperkenalkan huruf-huruf alpabetis. Huruf-huruf tersebut dihafalkan dan dilafalkan anak sesuai dengan bunyinya menurut abjad. Sebagai contoh A/a, B/b, C/c, D/d, E/e.dan seterusnya. Kemudian setelah tahapan tersebut anak diajak untuk berkenalan dengan suku kata dengan cara merangkaikan beberapa huruf yang sudah dikenalnya.

Misal : s,a,p,i dibaca atau dieja s-a sa, p-i pi, dilafalkan menjadi sapi

2.Metode Bunyi

Metode ini sebenarnya bagian dari metode eja. Prinsip dasar dan pembelajarannya tidak jauh berbeda dengan metode eja atau abjad. Perbedaannya terletak hanya pada cara atau sistem pembacaan atau pelafalan abjad (huruf-hurufnya). Perbedaannya terketak pada sistem pelafalan abjad atau huruf konsonan. Sebagai contoh huruf /b/ dilafalkan [be].

3.Metode Suku Kata

Proses pembelajaran membaca permulaan dengan metode ini diawali dengan pengenalan suku kata, seperti ba,bi,bu,be,bo/ca,ci,cu,ce,co/da,di,du,de,do/ka,ki,ku,ke,ko. Suku-suku kata tersebut, kemudian dirangkaikan menjadi kata-kata. Dari daftar suku guru dapat membuat berbagai variasipaduan suku kata menjadi kata-kata yang bermakna, untuk bahan ajar membaca permulaan. Misalnya: bo-bi, cu-ci, da-da, ku-ku, bi-bi.

4.Metode Kata

Proses pembelajaran membaca permulaan diawali dengan pengenalan sebuah kata tertentu. Kata ini, kemudian dijadikan kata lembaga sebagai dasar untuk pengenalan suku kata dan huruf. Artinya kata yang dimaksud diuraikan (dikupas) menjadi suku kata dan suku kata menjadi huruf-huruf.Kemudian dikembalikan lagi menjadi kata semula dengan merangkai huruf menjadi suku kata dan suku kata menjadi kalimat. Metode ini juga sering disebut sebagai metode kupas-rangkai dan merupakan kebalikan dari metode bunyi.

5.Metode Global

Sebagian orang mengistilahkan metode ini sebagai “Metode kalimat”. Dikatakan demikian, karena alur proses pembelajaran membaca permulaan yang diperlihatkan melalui metode ini diawali dengan penyajian beberapa kalimat secara global. Untuk membantu pengenalan kalimat yang dimaksud, biasanya digunakan gambar. Dibawah gambar yang dimasud, dituliskan sebuah kalimat yang kira-kira menunjukkan pada makna gambar tersebut.

6.Metode Stuktural Analitik Sintetik (SAS)

Metode ini merupakan metode campuran dari metode-metode membaca permulaan. Dimulai dengan menampilkan dan memperkenalkan sebuah kalimat utuh. Mula-mula anak disuguhi sebuah struktur yang member makna lengkap yaitu struktur kalimat. Hal ini dimaksudkan untuk membangun konsep-konsep kebermaknaan pada diri anak. Akan lebih baik jika kalimat yang digunakan diambil dari pengalaman bahasa siswa itu sendiri. Proses penguraian metode SAS ini meliputi :

a.Kalimat menjadi kata-kata

b.Kata menjadi suku kata

c.Suku kata menjadi huruf-huruf

Kelebihan dari metode ini adalah:

1.Metode ini sejalan dengan prinsip linguistik yang memandang satuan bahasa terkecil menjadi kalimat.

2.Metode ini mempertimbangkan bahasa anak.

3.Metode ini sesuai dengan prinsip inkuiri.

(PGMI/IV/UTS/IAIN SALATIGA)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun