Mohon tunggu...
septyonaka triwahyudi
septyonaka triwahyudi Mohon Tunggu... -

Mahasiswa atmajaya yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Skill Khusus Wartawan Media Online

1 April 2017   09:28 Diperbarui: 1 April 2017   09:53 7995
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sementara jika kita bekerja sebagai wartawan media online, kita dituntut untuk membuat laporan secepat yang kita bisa atau secepat kemauan redaksi. Sifat media jenis ini ialah mengejar kecepatan berita. Sehingga harapannya pembaca dapat mengetahui suatu kejadian secara uptodate saat itu juga. Dalam hitungan menit masyarakat sudah dapat mengetahui kejadian yang berlangsung di suatu tempat yang jauh.

Karena sifatnya demikian, wartawan online selalu dituntut untuk ekstra cepat dalam membuat sudut pandang dari sebuah peristiwa yang baru saja diliputnya . jauh lebih cepat dari wartawan media cetak. Di sinilah sulitnya menjadi wartawan media online. Jika kita tidak melakukannya dengan teliti sering kali terjadi kesalah pahaman dengan apa yang terjadi. Karena menuntut kecepatan seringkali berita yang dilaporkan belum diselidiki secara mendalam, sehingga sering terjadi kesalahpahaman.

Media online yang menganggap bahwa kecepatan memuat laporanlah sebagai kekuatan satu-satunya, memiliki strategi untuk mempersingkat waktu. Wartawan di lapangan memang tidak diharuskan untuk membuat berita. Tugas wartawan di lapangan adalah mengumpulkan data-data metah dan dilaporkan kepada redaksi. Contoh data mentah iyalah kutipan-kutipan narasumber, keadaan di lapangan. Setiap redaksi sudah memilikitim penulis sendiri yang bertugas menyusun data-data mentah yang diberikan oleh wartawan di lapangan. Dengan demikian waktu dalam pempublikasian dapat dipangkas.

Wartawan Media Online Harus Serba bisa. Jurnalis Online tidak hanya dituntut bisa menulis berita dengan baik, cepat, dan ringkas, tapi juga mesti mampu menguasai banyak hal terkait multimedia sehingga menjadi “adaptable journalist ” (wartawan yang mampu beradaptasi dengan aneka media).

Sekarang pun para pembaca mungkin sudah mulai bosan dengan cara penulisan yang biasa-biasa saja. Kecepatan memanglah senjata utama bagi media online. Namun, terkadang berita yang disajikan menjadi kurang mendalam atau keakuratan isi berita seringkali dipertanyakan. Banyak pula media media online yang menggunakan strategi “click bait”.Strategi ini merupakan cara cepat mendapatkan jumlah klik pada website atau artikel mereka dengan menggunakan gambar atau judul artikel yang bisa dibilang hiperbola. Strategi ini sudah menjadi makanan sehari hari para pengejar visitor ataupun pembaca.

Tetapi sekarang beberapa media online besar seperti CNNindonesia.com, kompas.com, the Jakarta post mulai mengembakan “Long Form Journalism”. Dimana dalam longform journalism ini wartawan lebih dibutuhkan skill dalam mengoprasikan atau menggunakan segala macam media yang ada. Dalam longform journalism ini pun media di tuntut untuk menyajikan juga visual yang interaktif seperti video, gambar, chart,bahkan infografis yang dapat mempermudah pembaca.

Skill utama wartawan media online setelah bisa menulis adalah menguasai internet dan karakteristik media online. Serbabisa merupakan salah satu prinsip jurnalistik online yang terangkum dalam BASIC (Brevity, Adaptability, Scannable, Interactivity, Community) sebagaimana dikemukakan Paul Bradshaw (Senior Lecturer, Online Journalism, Magazines and New Media, School of Media, Birmingham City University, UK (mediacourses.com) seperti yang dipublikasikan di Online Journalism Blog.

Ketika membahas prinsip “adaptability”, Bradshaw mengemukakan, adaptability (penyesuaian) adalah keterampilan kunci ( key skills ) wartawan di era new media. Era jurnalis hanya menulis naskah (teks) atau hanya merekam video dan audio, telah berlalu. Saat ini, suratkabar, majalah, TV, dan radio pun juga versi online (website). Karenanya, kontennya pun disesuaikan dengan karakter konten media online, yakni:

  • (Hyper)Text
  • Audio
  • Video
  • Still images
  • Audio slideshows
  • Animation
  • Flash interactivity
  • Database-driven elements
  • Blogs (dalam hal ini: daftar artikel/berita/informasi tekstual).
  • Microblogging/Text/email alerts (Twitter)
  • Community elements – forums, wikis, social networking, polls, surveys
  • Live chats
  • Mapping
  • Mashups (aplikasi web).

“Jurnalis online mesti cerdas memilih format yang paling pas untuk melaporkan berita: teks, video, audio, map, atau gabungan,” kata Bradshaw.

Wartawan Media Online: All Journalist

Dikemukakan pula, jurnalis online dituntut mampu menjadi “All Journalist” (wartawan segala jenis media):

  • Menulis dengan baik, ringkas, dan cepat untuk lebih dari satu jenis media.
  • Menemukan informasi akurat dan sumber online dan offline terpercaya, secara cepat, dan harus memiliki koleksi RSS Feeds (juga Google Alert, pen.) agar“keeping them in touch with their area”.
  • Memahami beberapa prinsip dasar video, audio, dan foto/gambar. Soal gambar, misalnya, selain prinsip jurnalistik foto, juga soal ukuran (size) yang tidak menggangu loading website.
  • Menguasai “editing software” – photo, video, and audio software.
  • Memahami komunitas online seperti Facebook, Flickr, Youtube – lebih baik lagi“should already be a productive member of one”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun