Mohon tunggu...
Septiana Hasmita
Septiana Hasmita Mohon Tunggu... Lainnya - Istri dan Ibu, fikrul Islam, menulis keprihatinan dan keresahan yang terjadi di masyarakat.

“Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR. Ahmad)

Selanjutnya

Tutup

Trip

Tapak Tilas: Mengenal "Kampung Turki" di Banda Aceh

25 Juli 2023   16:48 Diperbarui: 25 Juli 2023   16:56 847
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tapak Tilas: Mengenal "Kampung Turki" di Banda Aceh


"Kampung Turki" adalah sebutan lain bagi Gampong Bitai yang ada di Kecamatan Jaya Baru, Kota Banda Aceh. Posisinya berada sekitar 3,6 kilometer dari Masjid Raya Baiturrahman Kota Banda Aceh, atau perjalanan kurang lebih sembilan menit dengan kendaraan roda empat.

Disebut Kampung Turki karena di sana terdapat situs sejarah berupa kompleks pemakaman orang-orang Turki yang hidup pada abad 16-an. Mereka terdiri dari para tentara, sekaligus ulama atau guru yang diutus oleh Sultan Sulaiman (Salim) II dari Kekhalifahan Turki Utsmani.

Mereka didatangkan ke Aceh untuk membantu Kesultanan Aceh Darussalam yang sedang menghadapi ancaman aneksasi dari Portugis. Adapun nama Bitai, berasal dari kata Baitulmaqdis yang konon dipakai pasukan tersebut untuk mengingatkan mereka akan tempat asalnya di Palestina.

Latar Sejarah

Dalam buku Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia yang disusun oleh Prof. A. Hasymy, Penerbit Al-Ma'arif halaman 213 disebutkan bahwa setelah Portugis berhasil menghancurkan Kesultanan Malaka pada 1511, sultan-sultan yang ada di wilayah Sumatra Utara bersepakat menyatukan kekuatan politik dan militer di bawah sebuah negara yang kuat dan berdaulat. Lahirlah Kesultanan Aceh Besar atau Aceh Darussalam pada 1514 di bawah kepemimpinan Sultan Ali Mughayat Syah (1514---1530). Kesultanan ini mentakbirkan diri sebagai kekuatan politik Islam yang menjadi pusat dakwah dan mengemban jihad, khususnya di wilayah Nusantara.

Tentu saja kondisi ini menjadi ancaman bagi tujuan penjajahan Portugis. Akhirnya, Portugis pun melancarkan serangan demi serangan. Namun, kekuatan angkatan laut Aceh saat itu mampu menghalaunya. Sampai-sampai Portugis mengubah taktik dari penggunaan kekuatan militer menjadi embargo ekonomi.

Kekuatan politik Kesultanan Aceh sempat agak mundur saat Sultan Ali Mughayat Syah wafat dan digantikan oleh putranya, Sultan Shalahuddin (1530---1537). Sultan baru ini dipandang terlalu lemah terhadap Portugis hingga membiarkan mereka melakukan misionarisasi di kalangan orang Batak dan pantai Timur Sumatra. Kondisi inilah yang melatari kudeta kekuasaan oleh saudara Sultan Ali yang kemudian digelari sebagai Sultan Alauddin Ri'ayat Syah al-Qahhar (1537---1568).

Pada masa inilah Kesultanan Aceh mengalami kejayaan. Pasukan militernya berhasil mengusir Portugis dari bumi Aceh, bahkan Kesultanan terus menggencarkan dakwah dan jihad ke wilayah-wilayah kerajaan Hindu serta mengonsolidasi diri dengan kesultanan-kesultanan Islam di nusantara. Tidak heran jika wilayah kekuasaannya terus meluas hingga ke Johor, Penang, Perak di semenanjung Malaya.

Saat itu, Kesultanan Aceh pun diketahui memiliki hubungan politik dengan Kesultanan Islam di India dan Persia. Bahkan pada masa itu, Kesultanan Aceh pun intens melakukan komunikasi politik dengan pusat Kekhalifahan Islam di Turki.

Ini tampak ketika Kesultanan Aceh mulai menarget kedudukan Portugis di Malaka dan melakukan beberapa serangan besar ke Malaka. Di samping mendapat bantuan dari kesultanan Islam di Jawa dan India, pusat Kekhalifahan Turki pun mengirimkan sekitar 400 orang tentara beserta bala bantuan senjata beserta pakar pembuatan senjatanya. Rombongan ini mendarat di Bitai dan bermukim di sana.

Pusat Militer dan Dakwah
Menurut catatan sejarah, rombongan tersebut dipimpin oleh Muthalib Ghazi Mustafa Ghazi yang juga dikenal sebagai Tengku Syekh Tuanku Di Bitay. Beliau adalah tentara sekaligus ulama asal Palestina yang diutus khalifah ke Kesultanan Aceh untuk tugas militer sekaligus mengukuhkan dakwah Islam.

Dok. pribadi
Dok. pribadi
Tidak heran jika selain turut berperang, beliau dan rombongan lantas merintis sebuah akademi militer di Bitai sekaligus pusat pengajaran Islam. Di sana, mereka berhasil menelurkan mujahid-mujahid sekaligus ulama Islam, dan memperkuat kekuatan militer Kesultanan Aceh Darussalam, termasuk kekuatan senjata mereka.

Konon pada masa itu, Gampong Bitai banyak dikunjungi pelajar dari berbagai daerah, bahkan dari tempat-tempat yang sangat jauh. Bitai pun menjadi pusat pengajaran bagi keluarga Sultan dan calon sultan. Akademi militer dan pengajaran ini dikenal sebagai Ma'had Baitulmaqdis. Pada masa inilah lahir nama Tuanku Mahmuddin bin Said Aal-Latif yang menjadi mujahidin sekaligus syahid bersama ribuan tentara lainnya dalam perang melawan Portugis.

Perjuangan beliau lantas dilanjutkan oleh istrinya, yakni Laksamana Keumalahayati, cicit dari Sultan Shalahuddin Syah, pahlawan muslimah yang terkenal hingga sekarang. Beliau mendirikan armada militer dari para janda mujahidin dengan nama Inong Balee (Armada Perempuan Janda). Setidaknya ada 2.000 pasukan perempuan yang bergabung dalam Inong Balee dan keberadaannya sangat ditakuti penjajah.

Dok. pribadi
Dok. pribadi

Sayang, saat itu Portugis berhasil menghasut kesultanan-kesultanan Islam di Semenanjung Malaya sehingga mampu menarik mereka sebagai sekutu. Alhasil, upaya Kesultanan Aceh mengusir kekuatan Portugis akhirnya mengalami kegagalan.

Pada masa-masa setelahnya, perlawanan terhadap Portugis agak melemah, terutama akibat konflik internal, baik di dalam Kesultanan Aceh Darussalam sendiri maupun dengan kesultanan-kesultanan Islam lainnya, terutama akibat politik adu domba Portugis terhadap mereka. 

Perlawanan baru muncul kembali ketika kepemimpinan Aceh Darussalam dipegang oleh Sultan Iskandar Muda yang dikenal sebagai Mahkota Alam dan memerintah sejak 1607---1636. Pada masanya, Kesultanan Aceh berhasil menyatukan kekuatan umat Islam di Sumatra dan Semenanjung Malaya, serta mampu menutup pintu Sumatra Utara bagi politik dan ekonomi Portugis.

Mengambil Hikmah

Di tengah upaya penguburan dan pengaburan sejarah hubungan Nusantara dengan kepemimpinan politik Islam dunia di Turki, keberadaan Kampung Turki justru menjadi bukti tidak terbantahkan. Terlebih banyak catatan dan bukti-bukti sejarah lainnya yang terserak di berbagai tempat yang menunjukkan hubungan politik itu. Bukan hanya pada abad ke-16, tetapi saat Turki dipimpin oleh Sultan Abdul Hamid dan Nusantara dikuasai penjajah Belanda yang diungkap dalam film produksi Turki sendiri.

Dalam salah satu episodenya, diceritakan bahwa Abdul Hamid mengajak Tahsin untuk menuju ruang kerja di bawah tanah di Istana Yildiz di Kota Istanbul. Lalu saat itu Tahsin berkata, "Hunkarim, Belanda tidak hanya mencegah Muslim Aceh untuk pergi berhaji. Mereka bilang pada rakyat Aceh untuk menghilangkan simbol bulan sabit dari benderanya. Mereka melarang membacakan khotbah atas nama Khilafah Utsmaniyah. Meskipun begitu, Muslim Aceh bilang, 'Kami bersumpah untuk tetap setia pada Khalifah kami, kami tidak akan mematuhi apa pun larangan (Belanda).'"

Hari ini, Kampung Turki memang tidak lebih dari situs sejarah. Namun, semestinya memberi banyak hikmah kepada kita tentang realitas kepemimpinan politik Islam yang tidak mengenal batas wilayah. Sekaligus membuktikan fungsi kepemimpinan dalam Islam, yakni sebagai raa'in (pengurus) sekaligus junnah (penjaga).

Dengan paradigma kepemimpinan seperti ini, seorang khalifah tidak akan berdiam diri saat kezaliman menimpa rakyatnya, tanpa mengenal kebangsaan, jarak wilayah, dan beratnya medan. Mereka paham bahwa amanah kepemimpinan adalah amanah yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah sehingga mereka akan memaksimalkan ikhtiar, sekalipun hasilnya termasuk wilayah qada.

Sungguh hari ini, umat Islam di dunia membutuhkan raa'in dan junnah Khilafah. Semoga dengan mengenal sejarah, kita bisa menyerap energi perjuangan demi mengembalikan kejayaan dan kesatuan umat Islam. Kita patut menyambutnya dengan turut bersemangat dan istikamah memperjuangkannya.

Sumber: Muslimah News, Tapak Tilas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun