Maka menjadi pertanyaan, akan diarahkan kemana proyek lumbung pangan berbasis sorgum ini? Adakah untuk menyuplai kebutuhan dalam negeri atau hanya sebagai agenda global penuntasan ancaman krisis pangan dunia? Apalagi negara-negara agraris di dunia memang sedang diarahkan untuk mengatasi kerawanan pangan global. Ditambah inflasi tinggi yang terjadi di banyak negara sehingga harga makanan melejit dan penduduk banyak yang tidak mampu membelinya.
Bukankah sangat ironis bagi sebuah negara agraris, yang mengekspor hasil pertanian untuk mengatasi kerawanan pangan global. Tapi, di sisi lain, sumber kebutuhan pangan utama penduduknya masih bergantung pada impor. Sebagaimana telah diberitakan, pemerintah Indonesia baru saja menerima penghargaan dari Institut Penelitian Padi Internasional (IRRI) karena sistem ketahanan pangan yang baik dan berhasil swasembada beras pada periode 2019---2021.
Kendati demikian, sepanjang Januari-April 2022, USDA mencatat, Indonesia mengimpor beras dari India (55%), Pakistan (19,1%), dan Thailand (13,7%). (CNBC Indonesia, 15/08/2022). Kondisi ini diperparah oleh ketakseriusan pemerintah untuk membangun pertanian, sistem pengolahan hasil pertanian, dan rantai distribusi hasil pertanian ke konsumen/masyarakat. Padahal, pertanian itu menyangkut hidup dan mati manusia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H