Mohon tunggu...
Septyan Hadinata
Septyan Hadinata Mohon Tunggu... Lainnya - buruh

Ikhlas bersama sabar dalam mengembara di dunia

Selanjutnya

Tutup

Politik

Preperansi Politik Gen Z Dalam Jebakan Pilkada

25 Oktober 2024   13:19 Diperbarui: 25 Oktober 2024   13:25 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kaum Gen Z merupakan pemilih terbesar yang mendomisi di Pemilu 2024 yakni berjumlah 46.800.161 pemilih atau sebanyak 22,85 persen menempati uruttan kedua setelah kamum Milineal sebanyak 66.822.389 atau 33,60. Dan angka ini tidak akan jauh berbeda pada Pilkada serentak 2024 yang sekarang masuh dalam tahapan Kampanye. Besarnya jumlah pemilih Gen Z yang mayoritas merupakan pemilih pemula menjadi sasaran target perebuatan suara pemilih oleh para paslon Calon Kepala Daerah ( Cakada ).

Walaupun mempunyai jumlah sebagai pemilih cukup besar, tidak serta menjadikan Gen Z sebagai isu sentral / pembahasan utama yang diangkat oleh para Cakada baik itu dalam visi misi Cakada maupun dalam materi kampanyenya juga sangat minim. Edukasi politik terhadap Gen Z hampir tidak nampak. Bahkan dalam Tim sukses para Cakada sangat minim sekali melibatkan para Gen Z. Kalaupun ada hanya sebatas pekerja bukan pembuat konsep. Dan ini menjadi keprihatinan atas perilaku politik Cakada yang kurang memilki polical will jelas terhadap Gen Z, hanya dijadikan sebagai sasaran calon pemilih saja.

Padahal jelas Gen Z sangat menaruh harapan besar kepada para Cakada di pilkada 2024 ini dibanding dengan kaum milineal yang lebih bersipat skeptis dan pragmatis. Sebagai pemilih pemula, Gen Z masih terjaga murni Idealisme belum terkomtaminasi. Walaupun mayoritas Gen Z enggan masuk dalam Parpol, tetapi keingin tahuan akan politik sangat besar dan masih selektif dalam menentukan pilihan politiknya. Gen Z lebih cenderung memilih pigur yang dianggap mewakili dirinya  dan mampu membangun komunikasi menggunakan  bahasa Gen Z.

Harapan besar Gen Z dalam pilkada adalah adanya pigur yang mampu membawa  suara mereka dan mewujudkannya melalui program yang berpihak kepada mereka. Seperti adanya ruang terbuka publik untuk menyalurkan ide dan gagasan kreatifitas mereka yang selama ini masih sulit didapat. Dan pigur pemimpin yang mampu mengatasi dan memberi solusi terhadap permasalahan yang dihadapi Gen Z sekarang ini. Bukan pigur pemimpin yang hanya melirik sebelah mata dan memberi iming-iming materi dan hanya memposisikan Gen Z sebagai obyek politik. 

Tidak menutup kemungkinan pula kenapa para cakada kurang begitu memberika serius kepada Gen Z, bisa jadi mereka tidak punya konsep dalam mengedukasi politik Gen Z juga tidak mengetahui permasalahan apa yang sekarang dihadapi oleh Gen Z. Padahal sangat jelas, kompleksitas permasalahan yang dihadapi Gen Z di era modern digitalisasi sekarang ini. Dan apabila tidak mendapat perhatian serius akan menjadikan muramnya masa depan Gen Z kedepannya. 

Ada beberapa permasalahan Gen Z sekarang ini  yang membayangi masa depan mereka. Diantaranya adalah Gangguan Kesehatam Mental. Dan ini menjadi permasalahan yang paling serius dan paling banyak  menimpa Gen Z.Hasil survey sebuah lembaga di  tahun 2022 disebutkan ada sekitar 5,5% remaja Indonesia usia 10-17 tahun didiagnosis memiliki gangguan mental dalam 12 bulan terakhir. Yang paling dominan adalah gangguan kecemasan  26,7%   , masalah pemusatan perhatian (10,6%) dan depresi (5,3%).   Adapun pemicunya adalah  tekanan sosial dan diperparah  lagi oleh eksposur konten negatif di media sosial

Masalah serius yang dihadapi oleh Gen Z sekarang ini adalah Bullying dan Cyberbullying. Banyak Gen Z menjadi korban dari Bullying maupun Cyberbullying. Kasus kekerasan yang menimpa Gen Z dengan pelakunya Gen Z sendiri dari hari ke hari semakin meningkat, baik yang langsung maupun yang tidak langsung seperti melalui media sosial. Jelas dampaknya  sangat buruk sekali, dimana banyak Gen Z yang mentalnya terpuruk   dan menjadi generasi rapuh. 

Masalah lainnya yang tidak kalah seriusnya lagi adalah soal Konten Kekerasan di Media. Gen Z sebagai mayoritas pengguna / konsumen aktif internet dan media sosial, sering mendapatkan sajian konten kekerasan. Baik itu konten kekerasan dalam bentuk fiksi yang berupa film, maupun kekerasan nyata, seperti kekerasan dalam dunia politik, kekerasan dalam demokrasi dalam bentuk bentrokan fisik antara demonstran dengan aparat keamanan, kekerasan yang bersipat  premanisme oleh kelompok/ormas tertentu, bahkan konten kekerasan dalam bentuk SARA  yang disajikan terbuka bebas dalam konten dimedia sosial. Konten-konten tersebut jelas sangat berpengaruh terhadap kejiwaan dan mental Gen Z. Sehingga tidak sedikit Gen Z menjadi peniru handal melakukan kekerasan, seperti tawuran antar pelajar, geng motor dan kekerasan lainnya yang bersipat kriminalitas.

Masalah diatas sudah seharusnya menjadi perhatian serius calon pemimpin di pilkada sekarang ini. Dan menjadikan skala priotitas dalam program kerja nyatanya bila terpilih menjadi pimpinan daerah. Jangan hanya memberikan kepada bidang infrastruktur saja, tetapi bidang peningkatan SDM khususnya dilakangan Gen Z juga harus mendapat porsi sama. Sebab keberhasilan seorang pemimpin tidak hanya dilihat seberapa banyak jalan yang dibangun, seberapa banyak bangunan yang didirikan, seberapa banyak inpestor yang ditarik, tetapi juga seberapa  besar mendongkrak peningkatan angka Indeks Pembangunan Manusianya juga. Sebagus apapun pembangunan fisik bila tidak dibarengi dengan pembangunan jiwa manusianya, maka pembangunan tersebut akan menjadi sia-sia dan kurang bermakna.  Seperti contoh, banyak dibangun fasiltas publik di ruang terbuka seperti taman kota, tetapi pemanfaatnya untuk hal positif masih kurang malah lebih dijadikan sebagai tempat berbuat negatif. Tetapi kalau pembangunan ruang terbuka publik seperti taman kota tersebut, dilengkapi dengan fasilitas yang menunjang untuk pengembangan ide gagasan kreatiftas Gen Z termasuk adanya fasilitas leterasi terbuka, maka akan sangat bermanfaat sekali. 

Walaupun masih belum terlihat jelas perilaku politik yang positif sebagai bentuk keberpihakan kepada Gen Z dari para calon kepala daerah sekarang ini, namun semoga para cakada tersebut segera tersadarkan bahwa ada yang menjadi bagian tanggung jawabnya nanti yakni masa depan Gen Z. Kalaupun tidak diperlihatkan disasi waktu masa kampanye pilkada sekarang ini, semoga yang terpilih nanti mempunyai polical will yang kuat terhadap masa depan Gen Z. 

Satu hal lagi yang menjadi catatan penulis soal Pilkada yang berpihak kepada Gen Z , adalah pihak penyelenggara Pilakda sendiri yakni KPU hampir tidak jauh beda dengan para cakada. terlihat soal isu Gen Z kurang mendapat perhatian serius KPU dalam membuat materi debat para calon. Kalaupun ada hanya sekilas dan tidak tuntas. 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun