Mohon tunggu...
Septyan Hadinata
Septyan Hadinata Mohon Tunggu... Lainnya - buruh

Ikhlas bersama sabar dalam mengembara di dunia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Setelah Nadiem Diam, Akankah Guru Merdeka Dari Kurikulum Merdeka?

23 Oktober 2024   22:38 Diperbarui: 23 Oktober 2024   23:24 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penerapan kurikulum Merdeka oleh Nadiem Anwar Makarim, B.A., M.B.A Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi periode 2019-2024, telah menimbulkan persoalan tersendiri di dunia pendidikan, Pro kontrapun muncul. Bahkan Kurikulum Merdeka itu telah membuat guru tidak Merdeka atau terampas kemerdekaannya. Belum juga bisa  dinilai  sejauh mana keberhasilan penerapan Kurikulum Merdeka, Nadiem nya keburu lengser. Namun para pendidik masih menunggu kepastian dari Mentri yang baru sekarang yakni Abdul Mu'ti  sebagai  Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah. Para guru menunggu penuh tanya " Apakah Kurikulum Merdeka dilanjutkan atau diganti dengan kurikulum yang akan membuat guru Merdeka ". 

Yang selama ini menjadi sorotan soal penerapan kurikulum Merdeka adalah soal kesiapan guru dalam menerapkan kurikulum tersebut dengan terbatasnya sarana prasarana disekolah dasar terutama sekolah yang berada di daerah yang penuh dengan keterbatasan.  Kerumitan karakteristik dari kurikulum Merdeka menjadikan guru sulit memahami secara utuh dan itu menjadi hambatan bagi guru dalam perencanaan dan penilaian autentik. Bahkan kerumitan dalam penerapan Kurikulum Merdeka itu banyak diparodikan di medsos baik oleh guru sendiri maupun oleh yang pernah jadi murid. 

Secara umum memang bagus tujuan penerapan kurikulum Merdeka itu, tetapi tidak mempertimbangkan kesiapan sekolah dan tidak melihat kondisi sarana prasana sekolah itu sendiri termasuk banyaknya sekolah yang terbatas jumlah gurunya. Bahkan masih banyak bangunan sekolah dasar di daerah tertentu yang kurang layak disebut sekolah, kondisi bangunan selain memprihatinkan juga membahayakan guru dan anak didiknya. Jadi wajar kalau selama ini banyak guru yang mengeluh dengan penerapan Kurikulum Merdeka itu. Bahkan banyak guru yang merasa terpaksa menerapkan kurikulum Merdeka itu dengan seadanya. Keterpaksaan ini jelas telah menjadikan guru kehilangan kemerdekaan jiwanya. Bagi sekolah dengan fasilitas darana prasarana yang memadai dan tersedianya sumber daya gurunya yang cukup, kurikulum Merdeka itu bisa di terapkan. 

Dan sekarang guru dengan harap-harap cemas menunggu kebijakan Mentri  Pendidikan Dasar  dan Menengah yang baru kabinet merah putinya Prabowo-Gibran.  Abdul Mu'ti yang merupakan seorang pendidikan sekaligus sebagai pakar pendidikan, pasti faham dan tahu keluh kesah guru akibat penerapan Kurikulum Merdeka. Dan Guru berharap kebijakan yang Mentri baru ini mampu mengembalikan kemerdekaan jiwa para Guru yang terpaksa terampas oleh Kurikulum Merdeka. Apalagi sekaran kementrian pendikan itu dipecah menjadi, jadi Abdul Mu'ti akan bisa lebih fokus perhatian untuk pendidkan dasar dan menengah. 

Semoga kebijakan baru sang Mentri akan menjadikan dunia pendidikan dasar dan menengah lebih baik dan lebih merdeka khususnya untuk guru. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun