Keadaan salah satu sawah di Desa Kediren, Kecamatan Randublatung yang diserang hama tikus dan terancam gagal panen
Blora -- Belum berakhirnya keresahan masyarakat akibat adanya pandemi Covid-19, kini petani di Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora dibuat semakin gelisah karena sumber pendapatan utama mereka diserang oleh ratusan hama tikus.Â
Serangan tikus kali ini sangat ganas sampai mengakibatkan para petani di Kecamatan Randublatung mengalami kerugian besar. Serangan hama tikus terjadi sejak tanaman baru tumbuh sampai musim panen tiba, hama tikus ini rata-rata menyerang pada malam hari.
"Tikus menyerang tanaman pada malam hari mereka bergerombol, jumlah tikusnya banyak sekali mungkin ratusan. Tikus ini menyerang batang padi dan mengakibatkan daun dan batang padi berwarna merah-merah terus jadi mengering," Â ujar Suwoto (45) salah satu petani di Desa Kediren, Kecamatan Randublatung.
Berbagai upaya untuk membasmi tikus telah dilakukan oleh petani di Kecamatan Randublatung mulai dari cara tradisional sampai memakai obat pembasmi tikus. Jumlah tikus yang sangat banyak ini membuat petani kewalahan, dan meskipun sudah dilakukan pembasmian dengan berbagai cara si tikus masih banyak yang menyerang tanaman.
"Tikus-tikus ini susah dibasmi, saya sudah mengobati tikus dengan cara memberikan umpan tikus dari beras yang dicampuri obat tikus terus ditutup dengan sekam, tapi tikus-tikus ini masih banyak," ucap Suwoto (45).
"Lubang-lubang tikus di sawah juga sudah dirusak bahkan beberapa teman saya sampai memakai setrum untuk membasmi tikus. Banyak cara yang sudah kami lakukan, kami pasrah tikus-tikus ini ganas sekali," ucap Suwoto (45).
Serangan tikus yang ganas ini menyebabkan petani hanya panen sedikit bahkan ada yang tidak panen sama sekali. Akibat dari menurunnya hasil panen yang sangat drastis petani mengalami kerugian besar.
"Saya rugi besar karena tikus yang nyerang tanaman saya, dari tiga petak sawah yang sudah saya tanami padi masak cuma menghasilkan tiga karung saja padahal biasanya bisa panen sampai kurang lebih 50 karung," kata Suwoto (45).
"Parahnya lagi ada teman saya yang tidak panen sama sekali. Saya juga sudah mengeluarkan uang sekitar 2,5 juta tetapi tidak saya dapatkan kembali. Saya merasa kecewa dengan hasil panen kali ini padahal saya sangat mengharapkan panen kali ini hasilnya bisa meningkat, bukannya meningkat malah makin anjlok hasilnya," imbuh Suwoto (45).
Sesuai dengan yang diucapkan Pak Suwoto beliau sudah mengeluarkan uang hingga jutaan untuk biaya olah tanah, biaya tanam dan pemeliharaan tanaman, tetapi karena serangan tikus yang sangat ganas dan berlangsung cepat mengakibatkan petani tidak mendapatkan keuntungan dan mengalami kerugian besar.Â
Kerugian yang dialami petani ini membuat mereka kesusahan dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka. Petani biasanya mencari pekerjaan sampingan untuk dapat memenuhi kebutuhan mereka, akan tetapi pada masa pandemi saat ini pekerjaan sampingan susah untuk didapatkan.
Hal ini membuat petani semakin terpuruk dengan keadaan yang dialami, mereka akhirnya memutuskan untuk tidak menanam sawahnya atau membiarkan lahannya tidur sejenak karena mereka khawatir hama tikus menyerang tanaman mereka kembali.
"Setelah ini, saya tidak langsung menanam padi lagi saya biarkan sebentar sawahnya biar tikusnya pada pergi. Saya khawatir jika langsung ditanam hasilnya akan sia-sia dan membuat saya rugi karena saya rasa tikusnya masih banyak dan akan menyerang kembali dengan ganasnya," ujar Suwoto (45).
"Serangan tikus ini tidak terjadi sekali dua kali tetapi sudah sering terjadi jadi saya harap pemerintah bisa membantu mencari solusi terkait cara pembasmian tikus ini," tambah Suwoto (45).
(SAK).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H