Taukah kamu apa yang menuntun setiap langkahmu? Lalu kapan dan di mana kah kamu akan menghentikan langkahmu itu?
Gerimis sempat mampir siang ini. Meskipun sebentar, nyatanya gerimis itu sempat membuatmu khawatir. Hari ini ada janji yang harus kamu tepati. Ya, terkadang manusia beralasan hujan menjadi penyebab kegagalan rencana mereka.
“Sudah menunggu lama?” dia datang menghampirimu dengan seulas senyuman. Kamu menggeleng membalas senyumnya.
Meskipun hari ini agak mendung, namun nyatanya hatimu begitu cerah. Ini adalah hari yang sudah kamu tunggu-tunggu sedari beberapa minggu yang lalu. Itulah kenapa kamu sempat khawatir ketika gerimis sempat turun tadi.
“Mau berangkat sekarang?”
“Siap!” kamu beranjak dari dudukmu dengan sigap, memberi hormat padanya seperti prajurit kepada komandannya. Dia pun tersenyum melihat tingkahmu. Kamu berjanji untuk menemaninya hunting foto di beberapa sudut kota ini.
Selangkah demi selangkah kamu tapaki dengan hati berbunga, membuat langkahmu terasa ringan. Faktanya bersamanya membuatmu nyaman.
“Di sana sepertinya bagus.” Kamu menoleh ke arah seberang yang dia tunjuk.
“Mau coba ke sana?” Dia mengangguk, meraih tangan kananmu untuk digenggamnya ketika menyeberang jalan. Memang menjadi kebiasaan di mana dia akan menggenggam tangan dan menempatkan diri di mana dia menjadi tameng untukmu ketika akan menyeberang jalan.
Setelah mengambil beberapa foto di sebuah tugu jam, kamu mengajaknya dari satu tempat ke tempat lain. Hingga akhirnya kamu sampai di sebuah tempat yang kamu yakin dia suka. Dia hanya mengikuti langkahmu, membiarkanmu mengajaknya ke mana kamu suka.
“Gimana? Mau coba masuk?” tawarmu ketika sampai di depan sebuah bangunan dengan arsitektur kolonial.