Mohon tunggu...
septiya
septiya Mohon Tunggu... Administrasi - jarang nulis lebih sering mengkhayal

Penggemar pisang goreng ^^

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[HUT RTC] Aku Masih Duduk Berdua dengan Dia

3 Maret 2016   11:02 Diperbarui: 3 Maret 2016   11:19 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

[caption caption="sumber : unsplash.com"][/caption]Minggu pertama : terinsiprasi puisi

Rendi datang tiga puluh menit setelah  menunggu di restoran ini.  Adalah hal yang biasa dalam setiap minggunya untuk makan siang bersama selagi dia punya waktu di sela pekerjaannya. Rendi, lelaki yang berpacaran denganku hampir 4 tahun ini. Entah ini bisa disebut hubungan yang baik atau bukan, tapi dua tahun sudah kami bersama.

“Kamu sudah pesan?” dia  memilih menu yang selalu dipesannya setiap kali makan di restoran ini. Seraya menunggu makanan datang tak banyak yang bisa diobrolkan dengan dia. Dia tidak begitu tertarik dengan apa yang kukerjakan, juga dengan apa yang dia kerjakan. Lelaki bermata coklat ini hanya sibuk dengan gadgetnya.

“Kamu ingat kenapa aku memintamu untuk ketemu?” telisikku sambil mengaduk-aduk orange jus  dengan sedotan. Alis Rendi menyatu, “Memang hari ini hari special?” Ah sudah bisa diduga, ini adalah kali ke tiga dia tidak mengingat hari ulang tahunku.

Harapan untuk sekedar dia mengingat saja kadang itu seperti hal mahal. Tidak usah hari ulang tahun, makanan apa yang ku suka dan tidak ku suka saja dia tidak hafal. Banyak yang tak dia tahu. Banyak yang tak dilihatnya. Banyak yang tak diperhatikannya. Banyak yang tak dirasanya. Namun, kini aku masih duduk berdua dengannya.

Sumber inspirasi :

Di Restoran

Oleh : Sapardi DD

Kita berdua saja, duduk. Aku memesan

Ilalang panjang dan bunga rumput—

Kau entah memesan apa. Aku memesan

Batu di tengah sungai terjal yang deras—

 

Kau entah memesan apa. tapi kita berdua

Saja, duduk. Aku memesan rasa sakit

Yang tak putus dan nyaring lengkingnya,

Memesan rasa lapar yang asing itu.

(1989)

 

*Tulisan ini diikutsertakan dalam rangka memeriahkan  ulang tahun perdana Rumpies The Club 

 

[caption caption="sumber : RTC"]

[/caption]

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun