[caption caption="sumber : unsplash.com"][/caption]Minggu pertama : terinsiprasi puisi
Rendi datang tiga puluh menit setelah menunggu di restoran ini. Adalah hal yang biasa dalam setiap minggunya untuk makan siang bersama selagi dia punya waktu di sela pekerjaannya. Rendi, lelaki yang berpacaran denganku hampir 4 tahun ini. Entah ini bisa disebut hubungan yang baik atau bukan, tapi dua tahun sudah kami bersama.
“Kamu sudah pesan?” dia memilih menu yang selalu dipesannya setiap kali makan di restoran ini. Seraya menunggu makanan datang tak banyak yang bisa diobrolkan dengan dia. Dia tidak begitu tertarik dengan apa yang kukerjakan, juga dengan apa yang dia kerjakan. Lelaki bermata coklat ini hanya sibuk dengan gadgetnya.
“Kamu ingat kenapa aku memintamu untuk ketemu?” telisikku sambil mengaduk-aduk orange jus dengan sedotan. Alis Rendi menyatu, “Memang hari ini hari special?” Ah sudah bisa diduga, ini adalah kali ke tiga dia tidak mengingat hari ulang tahunku.
Harapan untuk sekedar dia mengingat saja kadang itu seperti hal mahal. Tidak usah hari ulang tahun, makanan apa yang ku suka dan tidak ku suka saja dia tidak hafal. Banyak yang tak dia tahu. Banyak yang tak dilihatnya. Banyak yang tak diperhatikannya. Banyak yang tak dirasanya. Namun, kini aku masih duduk berdua dengannya.
Sumber inspirasi :
Di Restoran
Oleh : Sapardi DD
Kita berdua saja, duduk. Aku memesan
Ilalang panjang dan bunga rumput—