Dia sudah memesan segelas jus jambu kesukaannya. Seulas senyum tersemai dari bibirnya ketika kau duduk di hadapannya.
“Coba tebak? Aku ada kabar apa?” Wajahnya sumringah, ditambah sorot matahari mengenai wajah berkulit sawo matang itu.
“Apa? apa? Pasti kabar menyenangkan?” Kau melipat tanganmu di atas meja antusias mendengar ceritanya. Tak lupa senyum kau sunggingkan di pipi.
“Aku dapat tawaran pindah ke Kalimantan. Ke kantor pusat di sana”
DEEGG…
Perlahan senyum itu menciut. Apa ini? Apa ini kabar menyenangkan itu? Apa ini yang membuatnya pagi-pagi menelponmu tadi? Di mana tadi ? Kalimantan ?
Hatimu berdebar, tubuhmu berkeringat, perutmu terasa mual. Wajahmu tertunduk, tangan kananmu mengepal untuk menahan rasa sakit itu.
“Kamu kenapa?” dia mengenggam tangan kiri mu. Wajah khawatir terlihat jelas.
“Kenapa kau ingin bertemu denganku jika kau akan pergi ? Apa…apa …sebuah perpisahan harus dirayakan seperti ini?”
Air matamu tumpah, meluncur bebas menuruni kedua pipimu. Sementara tanganmu bergetar. Ketakutan ditinggalkan dan dilupakan itu menguasai hati dan pikiranmu. Lemah. Kau terduduk lemah.