Mohon tunggu...
septiya
septiya Mohon Tunggu... Administrasi - jarang nulis lebih sering mengkhayal

Penggemar pisang goreng ^^

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Begini Cara Petani "Mengakali" Kemarau

16 September 2015   11:13 Diperbarui: 16 September 2015   11:30 1032
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="sawah kekeringan"][/caption]Hujan belum juga turun di beberapa wilayah di Indonesia. Kekeringan karena musim kemarau pun dirasakan di banyak wilayah. Banyak petani yang gagal panen dan tidak mampu mengolah sawahnya karena tidak adanya ketersediaan air yang mencukupi.

Akan tetapi sebagian petani di wilayah Kulon Progo, Yogyakarta memiliki cara untuk mengakali musim kemarau. Air irigasi tidak ada, ketersediaan air dalam sumur pun tidak seberapa. Namun, tanaman yang mereka tanam tetap butuh air, tidak mau tahu harus bagaimana, mereka tetap butuh disiram.

[caption caption="tanah pecah-pecah karena musim kemarau"]

[/caption]

Hal itu membuat petani memutar otak untuk mendapat air yang lebih. Salah satu nya dengan mengeruk kembali sumur.  Biasanya sumur yang mereka buat kedalamannya sekitar 5-6 meter, akan tetapi seiring berjalannya waktu, terjadi pendangkalan sumur dikarenakan lumpur yang ikut masuk ke dalam sumur waktu musim hujan.

[caption caption="pengurasan sumur dengan mesin pompa air"]

[/caption]

[caption caption="lumpur diangkat dari sumur dan dibuang"]

[/caption]

[caption caption="lumpur hasil pengerukan"]

[/caption]

Pengerukan kembali sumur itu bertujuan untuk mendapat debit air yang lebih banyak dengan mengeluarkan lumpur yang berada di dasar sumur.

Pengedukan dilakukan dengan tenaga manusia. Satu orang bertugas masuk ke dalam sumur untuk mengeruk lumpur dengan bantuan ember yang diikat pada sebuah bambu. Satu  orang bertugas untuk mengulurkan ember ke dalam sumur dan menariknya kembali ke atas dan seorang lagi bertugas membuang lumpur hasil kerukan. 

Sebelumnya, air sumur dikuras terlebih dahulu. Pengurasan ini tentunya tidak dibuang begitu saja airnya. Air kurasan itu untuk menyiram tanaman. Setelah dirasa cukup baru orang yang bertugas mengeruk lumpur itu turun ke sumur dengan bantuan tangga.

Dengan mengeruk kembali sumur itu, paling tidak stok air bisa mencukupi untuk satu kali penyiraman tanaman mereka. Dalam satu petak sawah, biasanya mereka memiliki 2 sumur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun