Mohon tunggu...
septiya
septiya Mohon Tunggu... Administrasi - jarang nulis lebih sering mengkhayal

Penggemar pisang goreng ^^

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Kunci dari Key [2]

14 April 2015   15:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:07 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1429000917161444589

Cerita Sebelumnya

Suasana kedai selalu dipenuhi dengan canda dan kegaduhan akibat ulah Ditmar dengan Pipit yang mirip dengan Tom and Jerry. Sebuah celebrasi wajib sebelum memulai hari terlaksana, standby di posisi masing-masing sambil menunggu pelanggan pertama datang. Ditmar asyik menikmati music yang diputar Tari dari komputernya.

Sudah seminggu lelaki yang sama selalu menjadi pelanggan pertama mereka. Menu yang dipesannya pun selalu sama. Lemon tea dan nasi goreng pedas. Hari ini adalah hari ke delapan, dan kedelapan kali pula lelaki itu datang. Meja nomor dua selalu dipilih sebagai tempat favoritnya lalu sibuk dengan notebook setelah menuliskan pesanannya.

Ditmar mengawasi lelaki dari balik meja bar-nya. Setelah mengantar nasi goreng pesanannya, Pipit mendekati Ditmar.

“Dit, kamu merasa aneh nggak sih sama orang itu? Tiap hari datang paling awal, yang dipesan sama terus.”

“Bagus kan, kita punya pelanggan tetap.” sahut Ditmar

“Iya tapi kan aneh aja.”

“Tuh..ada yang datang lagi, sana balik kerja.” Pipit bergegas menyambut pelanggan lain yang datang.

Selesai menyantap nasi goreng pesanannya lelaki itu berjalan menuju bar tempat Ditmar berada.

“Hei…perkenalkan saya Noval.” Lelaki itu mengulurkan tangannya

“Ditmar..”

“Boleh saya bertemu dengan koki di sini, nasi gorengnya enak. Itulah kenapa saya datang setiap hari ke sini.”

“Ohh mari saya antar ke kitchen.”

Ditmar mengajak Noval ke kitchen.

“Key..ada yang mau ketemu kamu.” Key yang sibuk menggoreng sosis menoleh, mengernyitkan dahi memandang lelaki yang berdiri di samping Ditmar.

Ditmar keluar dari kitchen membiarkan lelaki itu berdua dengan Key.

“Maaf mengganggu waktumu, sepulang kerja ada waktu untuk ngobrol denganku ?”

Key mengangguk dengan muka kebingungan.

“Baiklah, nanti aku akan balik ke sini lagi, sekarang aku harus pergi dulu.”

*8*

Pipit sibuk merapikan meja dan kursi yang telah kosong. Jam menunjukkan pukul delapan lebih lima belas menit.

“Maaf kami sudah tu…tup.” sapa Pipit kepada Noval yang datang kembali

“Maaf saya sudah janji dengan….” Noval menggaruk kepalanya, sadar dia belum tahu nama orang yang ingin ditemuinya

“Key..namanya Key.” sahut Ditmar di balik meja bar-nya.

Pipit membulatkan bibirnya, lalu menunjuk ke arah kitchen.

“Saya tunggu di sini boleh ?” Noval menarik kursi lalu duduk di bar.

“Mau mencoba selain lemon tea?” tawar Ditmar

“Kenapa tidak.”

Ditmar mengacungkan jempol lalu meracik sebuah minuman untuk Noval. Key muncul dari kitchen.

“Kamu sudah selesai ?” tanya Noval pada Key

“ohh iya aku lupa memperkenalkan diri, namaku Noval.” Noval mengulurkan tangannya

“Key…ada kepentingan apa ya?”

Pipit, Tari, Ditmar dan Zaky berkumpul di dekat mesin pembuat kopi memandangi mereka berdua dengan tatapan penuh tanda tanya.

“Dari pertama aku mencicipi masakanmu aku bisa merasakan kamu seperti memasaknya dengan penuh semangat dan seperti ada impian besar di situ. Itulah kenapa aku setiap hari kembali ke tempat ini.”

“Terima kasih, memasak memang passion-ku dari dulu. Koki, chef, bagiku bukan suatu pekerjaan atau profesi. Ini adalah hobi dan passionku.”

“Kamu sekolah masak juga?”

“Tidak, kuliahku jurusan akuntansi malah.”

“Kenapa tidak mengambil jurusan tata boga atau semacamnya?”

“Panjang ceritanya, dan aku belum bisa cerita sekarang.”

“Baiklah..artinya kita akan bertemu lagi.”

*8*

Setiap malam hari setelahnya, Noval kembali datang ke kedai, apa yang dilakukan tidak lah berbeda dengan awal dia datang ke situ. Bedanya dulu dia menjadi pengunjung pertama, maka sekarang dia menjadi pengunjung terakhir.

“Apa kegiatan sehari-hari mu selain mengunjungi kedai ini.” tanya Key sembari membawa omelet pesanannya.

“Sama sekali tidak menarik, aku males membahasnya.” Noval menyenderkan badannya di kursi

“Sepertinya kamu tidak menyukai pekerjaanmu.”sahut Ditmar

“Begitulah, itulah kenapa juga aku ke tempat ini. Orang - orang di tempat ini – kalian, sepertinya kalian tahu sekali apa yang kalian inginkan. Kalian membuat suasana kedai ini seperti rumah.”

“Kenapa kamu bisa berpendapat seperti itu?” Pipit yang sibuk mengelap meja tiba-tiba menarik kursi di sebelah Key.

“Aku lihat dari  pertama kali datang, mendengar dan melihat cara kalian berinteraksi satu sama lain. Bukan sekedar sebatas teman kerja saja. Aku bingung menjelaskannya. Sepertinya enak kerja di sini ya? Apa masih ada lowongan?”

“Pemilik kedai ini tidak akan kuat menggaji karyawan yang kemana-mana membawa Macbook sepertimu.”

“Jangan sentimentil begitulah Key.”

Semuanya lalu tertawa, suasana kedai ramai oleh tawa mereka malam itu. Semua bersiap pulang ketika jam menunjuk angka sepuluh. Pipit yang selalu dijemput adiknya. Tari yang dijemput kekasih hati. Zaky dan Ditmarkonvoi dengan motor masing-masing. Key setia dengan ojek langganannya.

“Key..malam ini boleh aku antar pulang?”

“Pak Yono, ojek langgananku sebentar lagi datang.”

“Ayolah Key..masih ada yang ingin ku tanyakan denganmu.”

Key mengalah, mengetikkan pesan untuk Pak Yono.

“Apa sebenarnya yang membuatmu selalu datang ke kedai kami?”

“Mereka suka cerita kalau kamu yang menginspirasi mereka soal mimpi. Memang apa mimpimu? Jadi chef hebat ?”

“Mimpiku? Aku hanya ingin berguna bagi orang lain dengan apa yang aku kerjakan, dengan apa kebisaanku.”

“Lalu kenapa memilih masak sebagai bidangmu.”

“Aku bisa dan suka, bukankah melakukan hal yang didasari rasa suka itu lebih nyaman? Meskipun kamu menghadapi kesulitan, kamu akan terus berusha, menganggapnya sebagai tantangan, suka ngegame ? ada level nya kan? Semakin tinggi levelnya pasti semakin sulit, dan ketika semakin sulit kamu justru semakin penasaran untuk bisa menakhlukannya. Begitu juga dengan impian”

Noval mengangguk dengan tetap fokus menyetir.

“Lalu bagaimana denganmu?” tanya  balik Key

Noval memilih menepikan mobilnya, mencari macbook di kursi belakang.

“Ini impianku.” Noval menunjukkan gambar yang dijadikan wallpaper di macbook-nya.

Key terbengong melihat gambar yang ditunjukkan Noval padanya.

“Kenapa reaksimu seperti itu Key?”

“Nggak, sedikit nggak percaya aja dengan penampilanmu  yang seperti ini, kamu punya impian seperti itu.”

“Ada yang salah dengan penampilanku?”

Key terkekeh melihat Noval yang sibuk bercermin dan melihat penampilannya sendiri.

“Bisa tolong bantu aku untuk mewujudkannya, Key ?”

Key menoleh

“Aku?”

“Iya, peran kamu di situ cukup penting nantinya.”

Key mengangkat bahunya.

“Kita lihat nanti saja bagaimana.”

Mereka pun larut dalam diam perjalanan membelah jalan Gejayan yang masih ramai.

Ilustrasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun