Mohon tunggu...
Pendidikan

"PEKA" sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Produk UMKM

17 Juli 2018   17:00 Diperbarui: 17 Juli 2018   17:02 908
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

UMKM memiliki proporsi sebesar 99,99% dari total keseluruhan pelaku usaha di Indonesia atau sebanyak 56,54 juta unit UMKM. Masyarakat sebagai pelaku didalam usaha mikro, kecil, dan menengah masih dinilai kurang paham terhadap pengembangan produk UMKM terutama dalam hal pengemasan dan pelabelan produk untuk meningkatkan nilai jual produk. Selain itu, branding/pemasaran juga menjadi salah satu faktor penting yang dapat meningkatan pendapatan UMKM.

Desa Cikarawang merupakan salah satu dari 10 Desa yang berada di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor yang memiliki unit UMKM yang belum berkembang. Desa Cikarawang memiliki 3 Kelompok Wanita Tani (KWT) yaitu KWT Melati, Mawar, dan Dahlia dimana lebih dari 50% anggotanya memiliki unit UMKM. Produk yang dihasilkan diantaranya adalah keripik ubi varian rasa, sari ubi ungu, keripik singkong varian rasa, keripik mocaf, brownies mocaf, nastar mocaf, rengginang, keripik pisang, dan berondong jagung varian rasa. 

Permasalahan utama dalam pengembangan produk unit UMKM di Desa Cikarawang adalah terkait pengemasan dan pelabelan yang belum sesuai standar, belum adanya sertifikasi pangan serta pemasaran produk yang masih terbatas. Lima mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) mengajak kelompok wanita tani (KWT) Desa Cikarawang untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas produk UMKM yang dihasilkan. 

Ke lima mahasiswa tersebut adalah Septiyani Putri Mahanani, Abdul Muis Lubis, Ramadona Fisna Wanda, Dicky Kartiwa Maulana, dan Salma Nur Adillah. Program yang dikembangkan dijuluki dengan istilah PEKA. Program PEKA lebih difokuskan untuk meningkatkan kualitas produk UMKM yang dihasilkan oleh KWT. Program lebih difokuskan pada peningkatan kualitas produk UMKM karena selama ini bisnis UMKM yang KWT jalankan belum memiliki kemasan, pelabelan, dan sertifikasi pangan yang sesuai standar.

Rendahnya kualitas produk yang dihasilkan dari segi pengemasan dan pelabelan membuat konsumen tidak tertarik oleh produk yang dihasilkan. Selain itu, belum adanya sertifikasi pangan pada produk misalnya P-IRT membuat konsumen kurang percaya terhadap kualitas produk yang dihasilkan. 

Branding produk yang dilakukan oleh pelaku UMKM masih tergolong sangat minim, hal ini dibuktikan dengan terbatasnya area pemasaran yang hanya dilakukan di sekitar wilayah Desa Cikarawang sehingga membuat produk sulit untuk dikenal oleh masyarakat luas dan sulit untuk melakukan pemasaran dalam skala yang lebih besar. Tujuan utama dari program PEKA adalah meningkatkan kualitas produk UMKM KWT Desa Cikarawang dalam segi pengemasan dan pelabelan, pemasaran, dan branding produk.

Berdasarkan identifikasi masalah pengembangan produk di Desa Cikarawang, diperlukan serangkaian upaya untuk mengatasi permasalahan kualitas produk. Program PEKA terdiri atas beberapa tahapan pelaksanaan yaitu sosialisasi terkait pengemasan dan pelabelan sesuai standar, pemasaran dan cara mengambil foto produk, keamanan dan sanitasi pengolahan pangan dan tata cara pengajuan P-IRT. Selain itu diperlukan aksi terkait pelatihan dalam pengemasan sesuai dengan produk yang dimiliki, pembuatan label produk, dan pengambilan foto kemasan produk untuk pemasaran. 

Dengan adanya sosialisasi anggota KWT akan mengetahui kekurangan dan hal-hal yang harus diperbaiki dalam meningkatkan kualitas pruduk UMKM. Setelah dilakukan pelatihan, diperlukan pihak-pihak yang dapat membantu untuk meningkatkan keberlanjutan program. Beberapa pihak yang terkait antara lain perangkat Desa Cikarawang, ketua KWT Desa Cikarawang, Dinas Koperasi dan UMKM Bogor, dan pengusaha produk makanan.

Saat ini, pemasaran produk secara offline sudah mencakup wilayah bogor dan mulai bekerjasama dengan kantin Fakultas di Institut Pertanian Bogor. Sedangkan pemasaran online dilakukan melalui sosial media instagram dan facebook. Tanggapan konsumen terhadap produk yang dihasilkan memuaskan dibuktikan dengan banyaknya pemesanan produk. 

Hasil dari pemasaran dapat diketahui bahwa volume produksi dari setiap UMKM meningkat dari 40 buah/bulan menjadi 300 buah/bulan. Hal ini berdampak secara signifikan kepada perekonomian pelaku UMKM. Selain pemasaran, anggota KWT di Desa Cikarawang juga mengikuti kegiatan bazar/pameran produk untuk memperluas pemasaran produk dan agar produk dikenal oleh berbagai kalangan masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun