Mohon tunggu...
indah cahayamentari
indah cahayamentari Mohon Tunggu... Desainer - septiii

Penikmat senja dan pagi

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Insan Pers dan Medis Sepakat Tolak Hoaks dan Golput

26 Maret 2019   22:06 Diperbarui: 26 Maret 2019   22:25 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mendekati hari H Pemilihan Umum 2019, berbagai macam ancaman terhadap demokrasi semakin terlihat nyata. Berita hoax yang tidak berkesudahan mengisi ruang tanpa henti. Jelas ini menimbulkan kegundahan dan kekacauan karena seolah meniadakan barrier  antara benar dan salah. Tidak hanya sampai disitu, sikap apatisme berpolitik pun kembali disuarakan. Tak jelas apa motifnya, namun pastinya ini mengganggu kesakralan demokrasi dan merusak cinta tanah air serta berkebangsaaan kita.

Menyadari hal tersebut tidak sejalan dengan prinsip kemajuan bangsa dan kedewasaan berdemokrasi, pada 26 Maret 2019 di Gedung Pusdiklat Kemenkominfo, Meruya Selatan, Jakarta Barat, Orange Media Mercubuana mengadakan diskusi publik dengan mengangkat tema "Optimalisasi Peran Media Massa dalam Menyikapi Hoax dan Golput pada Pemilu 2019". Diskusi tersebut diharapkan dapat melahirkan para duta penyebar narasi kebaikan 

Penguatan narasi tersebut diisi oleh pakar dan praktisi di bidangnya masing-masing. Turut hadir Puadi, komisioner Bawaslu DKI Jakarta yang berperan sebagai wasit pada ajang kontestasi Pemilu ini. Ibu Daona Diani Hutabarat, Kabag Publikasi Kemenkominfo pun turut serta berbagi kepada para insan pers da mahasiswa. Dari kalangan pers dihadiri Asisten Redaktur Pelaksana Koran Jakarta, Suradi. Sedangkan akademisi diwakili oleh Dr. Ghazali.

Dari berbagai perspektif tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada satupun alasan untuk tidak melawan penyebaran berita hoax. Hal tersebut harus dimulai dari diri sendiri, lingkungan sekitar dan diharapkan dapat diikuti oleh khalayak ramai. 

Terkait munculnya apatisme berpolitik yang diekspresikan dengan tidak meberikan suara pada Pemilu, itu adalah contoh tidak baik karena tidak ikut serta memikirkan kemajuan pembangunan nasional. Mencoblos pada hari H Pemilu yang menghabiskan waktu sekian menit tidak sebanding dengan jiwa dan raga yang telah dikorbankan para pendahulu bangsa. Berpartisipasi pada Pemilu adalah sikap cinta tanah air yang harus disebarkan dan dimasifkan kepada masyarakat luas.

Di akhir sesi diskusi tersebut, semuanya mendeklarasikan diri untuk menjadi duta penyebar narasi positif untuk melawan hoax dan Golput. Serta akan emnularkan virus positif tersebut kepada publik. Dengan harapan pembangunan nasional dapat berjalan secara berkesinambungan tanpa ancaman dan kendala yang berarti.  Siapa lagi kalau bukan kita, kapan lagi kalau bukan sekarang. (RaR)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun