Kawasan negara Asia merupakan kawasan yang memiliki iklim tropis. Iklim tropis inilah menyebabkan kebanyakan wilayah di negara-negara kawasan Asia Tenggara memilki komoditas seperti lahan pertanian, maupun lahan perkebunan. Tak heran jika negara kawasan ASEAN ini memilki banyak berbagai sumber potensi alamnya, salah satunya seperti negara Thailand.Â
Thailand merupakan salah satu negara kawasan di Asia Tenggara, yang memilki berbagai macam sumber potensi alamnya. Selain dikenal sebagai negara yang kental akan budayanya, negeri Gajah Putih ini juga dikenal akan komoditas pertanian padinya.Â
Negara Thailand merupakan negara yang memiliki pasokan beras maupun lumbung padi terbesar di kawasan Asia Tenggara. Kemudian disusul juga dengan negara-negara lainnya seperti Indonesia dan Myanmar. Beras di Thailand dikenal memiliki kualitas bagus sehingga memiliki pengaruh yang besar terhadap pasar beras internasional.
Namun, meski memiliki iklim tropis, perubahan cuaca pun juga sering dialami negara Thailand. Tentunya hal ini juga sangat berpengaruh terhadap kualitas maupun aktivitas pertanian di kawasan Thailand. Kerugian serta pengaruh tidak baik juga dirasakan Thailand akibat cuaca yang sering berubah-ubah. Perubahan iklim serta cuaca memberikan dampak ketidaksesuaian pennaman atau proses bertani.Â
Hal ini mempersulit petani untuk merencanakan waktu penanaman dan panen. Banjir yang lebih sering dan intens merusak lahan pertanian, terutama di daerah dataran rendah seperti delta Sungai Chao Phraya. Sebaliknya, kekeringan di wilayah timur laut mengurangi ketersediaan air irigasi, yang esensial bagi pertanian padi
Menurut data yang diterima oleh Word Bank di bulan Juli Tahun 2023, harga beras di negara Thailand pada tahun 2023 mulai mengalami kenaikan yang cukup pesat hingga mencapai 514 dolar AS per ton pada Juni 2023.Â
Kenaikan dan stabilitas yang terjadi terhadap harga pangan menjadi suatu hal yang penting terhadap membuat sebuah kebijakan bagi negara-negara berkembang terlebih konsumsi beras yang tinggi dan ketidakpastian pasokan global. Selain itu perubahan iklim dan cuaca yang tidak stabil ini juga berpengaruh terhadap ketahanan pangan negara Thailand.Â
Seperti yang terjadi pada tahun 2023, Thailand juga mengalami El Nino yang juga ikut dirasakan oleh negara-negara di Asia Tenggara. Namun, meskipun menghadapi cuaca yang cukup ekstrim, Thailand pun justru tetap melakukan ekspor beras di beberapa negara. Berbanding terbalik terhadap negara Indonesia yang justru menghadapi tantangan tersendiri. Hal ini dikarenakan jumlah konsumen beras di Thailand lebih sedikit dibandingkan negara Indonesia.
Terlihat dari fenomena ini Thailand masih tetap berusaha menjaga stabilitas keamanan pangan di bidang ekenomi mereka. Selain itu Thailand pun juga turut bekerjasama dengan ASEAN untuk menjaga ketahanan pangan. Dampak negatif  yang terjadi dari perubahan iklim global mulai dirasakan Thailand terhadap ketahanan pangan.
 Sebagai negara kawasan yang berperan sebagai produsen terbesar dikawasan Asia Tenggara, sekaligus merupakan kawasan konsumen beras, serta sebagai kawasan yang rawan bencana, negara Thailand termasuk anggota ASEAN lainnya turut bekerja sama dengan Jepang, Republik Korea dan RRT secara resmi.Â
Salah satu upaya yang dilakukan yaitu dengan membentuk cadangan beras regional untuk keperluan darurat (APTERR) pada tahun 2012.
Negara Thailand sebagai negara penghasil beras terbesar di kawasan Asia Tenggara sangatlah bergantung pada ekspor beras. Para petani kecil di Thailand, yang menjadi sumber nafkah terhadap sektor pertanian, sangatlah rentan terhadap dampak perubahan iklim. Keterbatasan akses yang dihadapi terhadap penggunaan teknologi cerdas-iklim dan sumber daya keuangan, yang membuat para petani Thailand sangat terkendala dengan perubahan ini.Â
Untuk mengatasi perubahan iklim inipun negara Thailand pun juga meresmikan Rencana Induk Perubahan Iklim Thailand 2015-2050 (Thailand Climate Change Master Plan 2015-2050, TCCMP) dengan tujuan untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang karbon rendah dengan mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 20-25%.Â
Upaya-upaya yang dilakukan ini terus dilakukan Thailand untuk menjaga stabilitas keamanan pangan negara mereka, seta menjaga kualitas terhadap sektor padi di Asia Tenggara dikarenakan Thailand juga sebagai salah satu negara yang memproduksi beras terbesar dan ikut berpengaruh terhadap produksi di kawasan ASEAN.
Referensi :
Â
NFN Hermanto. (2016). Peran Cadangan Beras Darurat di Kawasan Asia Tenggara. Forum Penelitian Agro Ekonomi, 32(1), 73--73. https://doi.org/10.21082/fae.v32n1.2014.73-85
Site Manager. (2021, February 27). Perubahan iklim di Thailand: Perihal Politik Pengetahuan dan Pemerintahan - Kyoto Review of Southeast Asia. Kyoto Review of Southeast Asia. https://kyotoreview.org/issue-30/climate-change-in-thailand-on-politics-of-knowledge-and-governance-ba/
tim. (2024, February 23). Sama-sama Kena El Nino, Kenapa Thailand Masih Bisa Ekspor Beras? Ekonomi; cnnindonesia.com. https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20240223120816-92-1066386/sama-sama-kena-el-nino-kenapa-thailand-masih-bisa-ekspor-beras
Sumaryanto, N. (2016). Strategi Peningkatan Kapasitas Adaptasi Petani Tanaman Pangan Menghadapi Perubahan Iklim. Forum Penelitian Agro Ekonomi, 30(2), 73. https://doi.org/10.21082/fae.v30n2.2012.73-89
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H