Mohon tunggu...
Septi Marlina
Septi Marlina Mohon Tunggu... Human Resources - belia masa kini

Be the flame not the moth

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Memilah dan Memilih Cawapres Prabowo dengan Pisau Kejujuran

3 Agustus 2018   13:13 Diperbarui: 3 Agustus 2018   13:26 861
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Begitu juga dengan UAS. Meski aktif main medsos, UAS kurang bisa menampilkan karakter generasi milenial. Yang namanya generasi milenial kan sukanya sosok yang fresh, trendy, dan cool. Karakter kayak ini ada pada AHY.

Beda dengan aspek "keulamaan" tadi, aspek kalangan milenial signifikan dampaknya. Ingat kagak Pilpres 2014? Jokowi sukses menampilkan diri sebagai perwakilan kalangan milenial ketimbang Prabowo.

Bahkan tren ini kebawa-bawa sampai Pilkada. Ahok, AHY dan Sandiaga Uno itu terang-terang mewakili generasi millennial pada Pilgub DKI Jakarta 2017. Ridwan Kamil (Jabar), Emil Dardak (Jatim) dan Ganjar Pranowo (Jateng)  juga begitu di Pilkada 2018. Figur-figur ini lebih sukses meraup suara milenial ketimbang sosok-sosok yang konvensional.

Elektoral Survei

Dari dua aspek di atas, saya pikir sudah tergambar kalo pilihan yang paling rasional adalah Prabowo-AHY. Tapi, kalo dianggap masih "kurang" ilmiah, yuk bergeser ke survei elektabilitas. Saat ini AHY digadang-gadang sebagai cawapres favorit oleh hampir semua lembaga survey. Sementara nama UAS dan SSA hampir-hampir kagak kedengaran.

Jadi, kalo kita ngotot memajukan UAS atau SSA sebagai cawapres Prabowo, saya takut kerja kita mesti lebih ekstra lagi. Soalnya, kesukaan doang kagak cukup. Kesukaan itu kudu diubah jadi elektabilitas. Kita mesti kerja keras meyakinkan publik kalo UAS dan SSA bukan cuma buat dikagumi, tapi mereka juga mampu untuk menyelesaikan masalah Indonesia, sehingga mesti dipilih.

Menggenjot elektabilitas UAS dan SSA pasti berat banget. Jauh lebih sulit daripada "perang" kita di Pilgub Jabar dan jateng tempo hari. Beda dengan pilgub yang satu per satu, yang bisa bikin kita fokus. Pilpres besok kan serentak sama pileg. Jadi, energi parpol pengusung pasti terpecah buat ngurusin pileg juga. Ibaratnya, saat Jokowi dan cawapresnya sudah berlari, Prabowo dan cawapresnya (UAS/SSA) masih merangkak-rangkak.

Target Menang 

Tapi semua berpulang balik kepada kalangan oposisi. Buat apa perjuangan Pilpres 2019 ini? Apa tagar #gantipresiden2019 itu serius? Kalo cuma biar Prabowo bisa jadi capres, ya cukup sampai di sini saja. Ketum Demokrat, PKS dan PAN suruh gambreng saja buat menentukan cawapres Prabowo.

Tapi kalo targetnya benar-benar buat menjungkal Jokowi, Prabowo kagak boleh main-main. Harus benar-benar dihitung siapa cawapresnya. Kalo menurut saya, yang paling rasional ya Prabowo-AHY.

Meski UAS punya popularitas, tapi dia kan sudah menolak. Pengen fokus dakwah. Keinginan ini wajib kita pertimbangkan. Sementara SSA rasanya masih kurang paten buat mengenjot elektoral Prabowo. Saran saya sih UAS dan SSA tetap partisipasi dalam gerakan #gantipresiden2019. Tapi bukan sebagai cawapres, melainkan sebagai vote getter pemilih Islam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun