Mohon tunggu...
Septi Mariyah Ulfah
Septi Mariyah Ulfah Mohon Tunggu... Freelancer - IRT Kerja Dari Rumah

Saya adalah seorang ibu rumah tangga yang bekerja dari rumah sebagai seorang graphic designer. Saat ini saya sedang menempuh pendidikan S1 di Universitas Siber Asia Jakarta. Saya tertarik dengan dunia karir dan bisnis khususnya untuk ibu rumah tangga. Saya juga tertarik dengan dunia social media marketing.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dari Bakar Jagung Sampai Makan bersama Beralaskan Daun Pisang Jadi Tradisi Sambut Tahun Baru di Desa Sidodadi

13 Februari 2023   21:39 Diperbarui: 13 Februari 2023   21:59 937
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keluarga Pak Munari sedang makan bersama beralaskan daun pisang (31/12). Dokpri

Sidoarjo, 31 Desember 2022 - Malam tahun baru merupakan saat yang ditunggu-tunggu oleh banyak orang di seluruh dunia. Setiap negara memiliki tradisi yang berbeda-beda dalam menyambut tahun baru.

Di Jepang, misalnya, tradisi menyambut tahun baru yang populer adalah dengan mengunjungi kuil-kuil dan meminta keberuntungan di tahun yang akan datang. Mereka juga biasa menyalakan kembang api dan menonton pertunjukan tradisional Taiko.

Sementara itu, di Amerika Serikat, tradisi yang paling populer adalah merayakan malam tahun baru dengan menonton confetti dan kembang api jatuh di Times Square, New York. Orang-orang juga biasa membuat resolusi tahun baru dan merayakannya dengan pesta keluarga atau bersama teman-teman.

Di Indonesia, tradisi menyambut tahun baru juga sangat beragam. Beberapa orang memilih untuk merayakannya dengan berlibur ke pantai atau berwisata ke tempat-tempat wisata lainnya. Namun, ada juga yang lebih suka merayakannya dengan berkumpul bersama keluarga atau teman-teman di rumah dan menyalakan kembang api.

Seperti yang dilakukan oleh salah satu keluarga di Desa Sidodadi, Kecamatan Taman, Kabupaten Sidoarjo ini.  Sebut saja Pak Munari, beliau memiliki tradisi unik untuk merayakan malam pergantian tahun bersama dengan keluarga besarnya.  Setiap tahun Pak Munari akan mengundang sanak saudaranya untuk berkumpul di rumahnya guna menggelar syukuran untuk merayakan malam pergantian tahun.

Acara ini diawali dengan membakar jagung di halaman rumah dilanjutkan makan bersama dengan alas daun pisang yang disusun seperti acara liwetan khas Jawa. Acara makan bersama ini dimulai tepat pukul 23.00 atau 11 malam. Tepat 1 jam sebelum pergantian tahun. Sebelum makan akan ada doa bersama yang dipimpin oleh salah satu anggota keluarga sebagai bentuk syukur atas satu tahun yang sudah dilewati sekaligus harapan agar di tahun mendatang kehidupan seluruh anggota keluarga semakin lebih baik.

Tidak hanya makan bersama, keluarga Pak Munari juga menutup acara pergantian tahun tersebut dengan menyalakan kembang api yang dilanjutkan dengan saling memberi selamat dan doa kepada seluruh anggota keluarga.

"Kebetulan memang tanggal 1-nya itu bertepatan dengan hari kelahiran salah satu anggota keluarga kami, jadi sekalian merayakan hari ulang tahunnya setiap tahun kami adakan syukuran bersama seperti ini," jelas Pak Munari yang lebih sering dipanggil Mbah Mun oleh anggota keluarganya.

Menurut Pak Munari, tradisi seperti itu banyak dilakukan oleh keluarga-keluarga besar di wilayah tersebut. Karena, selain hari raya Idul Fitri orang-orang mendapatkan jatah libur panjang pada saat tahun baru. Sehingga banyak yang memanfaatkan momen ini untuk berkumpul bersama keluarga yang mungkin beberapa diantaranya tidak tinggal dalam satu kota.

Apapun bentuknya, semua tradisi tersebut merupakan bentuk dari kebahagiaan dan harapan yang tinggi untuk tahun yang akan datang. Selamat menyambut tahun baru, semoga keberkahan dan keberuntungan selalu membersamai kita.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun