Mohon tunggu...
Humaniora

Anak Cerdas yang Bagaimana?

1 Desember 2016   09:23 Diperbarui: 11 Desember 2016   20:45 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia masuk dalam kategori negara berkembang yang padat penduduk, tentu saja hal itu disebabkan oleh pertumbuhan penduduk yang tidak bisa di kontrol.

dalam hal ini sebenarnya bukan salah pemerintah, program 2 anak cukup pun seperti belum masuk kedalam keyakinan masyarakat Indonesia, dengan adanya budaya lama yakni 'banyak anak banyak rezeki' masih menjadi keyakinan utama dalam satu keluarga yang mempunyai anak lebih dari dua.

dalam kasus ini, Indonesia memiliki jumlah penduduk yang sangat banyak, dari hal tersebut tentu mayoritas adalah remaja atau anak-anak. 

Beberapa tahun terakhir kita lihat bahwa era berkembangnya teknologi membawa dampak positif dan juga negatif, tidak terkecuali kepada anak-anak pun merasakan dampaknya. Jika kita lihat remaja sekarang berjalan dengan teman-temannya di perbelanjaan besar atau taman sekalipun tidak akan pernah lepas dengan yang namanya smartphone pintar atau yang disebut gadget.

Era media sosial sudah mulai masuk kedalam keseharian remaja sekarang, contohnya instagram yang sekarang lagi sangat populer. dan juga aplikasi video berbagi yakni YouTube. banyak artis yang sekarang lahir dari YouTube, dan tidak sedikit pula remaja mulai meniru apa yang dilihatnya dari situs tersebut. Orangtua sekarang tidak bisa lagi menolak yang namanya teknologi.

ada opsi dalam hal ini, yakni memperbolehkan anaknya untuk mengikuti perkembangan zaman, atau harus menyuruh anaknya untuk ketinggalan dengan teknologi. banyak dampak dari dua opsi ini, jika opsi pertama dilakukan maka tentu saja akan banyak dampak negatif dan juga positif. dalam sisi negatifnya yakni anak-anak yang sedang di masa pubertas memiliki hormon seksual yang sedang naik-naiknya, dan jika dia melihat apa yang belum sewajarnya untuk seumurannya tentu ini sangat mengkhawatirkan, tapi dari opsi pertama ini ada solusinya yakni dengan edukasi dini sebagai orangtua terhadap anak-anaknya, bagaimana seorang anak bisa menerima pendapat dan saran dari orangtua adalah tugas dari mereka berdua untuk memberikan pengertian yang tepat dan baik. 

lalu dari opsi pertama mampu memberikan solusi, dan opsi kedua yakni melarang anaknya untuk mengikuti perkembangan teknologi, menurut pengamatan opsi kedua ini bukanlah opsi yang tepat. seorang anak tidak akan mampu bersaing dalam kehidupan yang nyata di masa depannya. anak harus belajar dari sekarang bagaimana membaur dengan perkembangan tanpa harus merusak dirinya sendiri.

Anak cerdas tidak harus mendapatkan peringkat dari kelas, tapi anak cerdas adalah anak yang mampu membaur dengan kehidupan yang selalu baru. pembaruan itulah yang menjadi tantangan tersendiri untuk mendewasakan.

sebagai orangtua tidak tepat jika melarang anaknya untuk mengikuti arus teknologi. sebagai orangtua seharusnya mengikuti apa yang diinginkan anaknya, tapi bukan tidak bisa menghalangi apa yang tidak baik. edukasi dini adalah cara yang tepat untuk menyiasati kemungkinan terburuk dalam perkembangan seorang anak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun