Mohon tunggu...
Septian Murival
Septian Murival Mohon Tunggu... Lainnya - Pekerja

Mendengar musik, membaca. Jika alam mengijinkan diakhiri dengan belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tuhan dan Impian

29 Agustus 2024   08:53 Diperbarui: 29 Agustus 2024   09:24 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tuhan..

Mungkin hanya Engkaulah yang teramat tabah

Mendengar pikiranku merengek sepanjang waktu

Mau ini, kepingin begitu

Ahh pokoknya nggak mau tahu

Tuhan..

Sepanjang perjalanan

Rumput ilalang, lampu  jalan hingga kursi taman

Tak bisa berbuat banyak

Apa lagi melawan

Manusia begitu, kekanak-kanakan

Tuhan...

Kurasakan tubuh ini bergetar dikala malam

Air mata yang gugur tak tertahan

 Wahai, sungguh aku tak pernah lupa

Angan-angan!!!

Tuhan...

Setiap pagi

Sebelum pergi

Daku tak pernah bosan konon lagi malu

Merajut mimpi sebening embun

Lalu meneriakkannya

Pada kebisingan lalu lalang kendaraan

Pada dalam dan sunyinya palung di lautan

Tuhan...

Aku selalu tergesa-gesa berbahasa

Ahh padahal ini permintaan

Aku bermohon

Maafkan

Tuhan...

Untuk segala impian

Jangan engkau biarkan

Ku harap

Perkenankan

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun