Mohon tunggu...
Septian Murival
Septian Murival Mohon Tunggu... Lainnya - Pekerja

Mendengar musik, membaca. Jika alam mengijinkan diakhiri dengan belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Rumah

18 April 2024   14:48 Diperbarui: 18 April 2024   14:56 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Rumah adalah

Tempat  pertama kali engkau belajar benci

Akan sesuatu yang tak kau pahami

Tapi terasa sakit di dadamu, panas di matamu

Lalu melampiaskannya pada lukisan di dinding

Pada semua hal disekelilingmu

Yang tak mau tunduk dan menurut padamu

Rumah adalah

Sebuah jalan yang penuh genangan

Wadah berkumpulnya segala gemuruh dan hujan

Kau tak bisa menyentuh apapun, hanya bisa membayangkan

Sebuah tanda kau tlah lelah

Tubuhmu meminta pulang menuju kenangan

Rumah adalah

Sekarang ini, bangunan reyot dan kolot

Dalam pikiranmu yang selamanya tak bisa kau benahi

Pintunya selalu terbuka untuk kau kunjungi

Ia adalah dekapan Ibu

Ia adalah dirimu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun