Mohon tunggu...
Septian Murival
Septian Murival Mohon Tunggu... Lainnya - Pekerja

Mendengar musik, membaca. Jika alam mengijinkan diakhiri dengan belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mendaki Gunung

7 Januari 2024   15:19 Diperbarui: 7 Januari 2024   15:22 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Lucunya tubuh ini sebegitu lemahnya

Pun juga hati dan jiwa

Entah terbuat dari apa

Untuk mengenangmu seperti dilanda bencana

Aku adalah salah satu dari sekian pengungsi

Kini tengah tersesat dan menikmati kopi

Merajut kata, merajut lara

Sejak sepenggal pesan

Aku menjadi seorang tahanan

Hari hari berikutnya

Hari hari penghakiman

Hari hari kesendirian

Sedang kau dihatiku

Tak pernah mau beringsut

Kopi habis mesti bayar

Kini aku sadar

Dompet ku tertinggal

Beserta fotomu didalamnya

Aku lempar kedalam kawah gunung

Kini aku sadar

Mengenangmu dan kehilangannya

Sakit dan memalukan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun